kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fasilitas GSP diperpanjang, begini dampaknya ke penjualan SLJ Global (SULI)


Minggu, 01 November 2020 / 16:31 WIB
Fasilitas GSP diperpanjang, begini dampaknya ke penjualan SLJ Global (SULI)
ILUSTRASI. PT Sumalindo Lestari Jaya.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Luar Negeri mengumumkan, pemerintah Amerika Serikat melalui United States Trade Representative (USTR) secara resmi telah mengeluarkan keputusan untuk memperpanjang pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia. 

Diperpanjangnya fasilitas GSP untuk sejumlah produk dalam negeri, di antaranya produk kayu Plywood laminasi dan Plywood kayu tipis kurang dari 66 mm, memberikan dampak positif ke penjualan SLJ Global (SULI) ke Amerika Serikat. 

Wakil Presiden Direktur SLJ Global David menjelaskan, dampak perpanjangan fasilitas GSP agak baik ke perusahaan karena ada selisih 7% untuk bea masuk ke Amerika Serikat. 

"Dengan adanya pembebasan bea masuk, tentu hal ini dinikmati pembeli kami di AS sehingga membayar biaya impor lebih murah. Hal ini berpeluang permintaan produk kayu Indonesia akan meningkat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10). 

Baca Juga: Tak Bisa Menutup Biaya Produksi, SLJ Global (SULI) Bakal Kembali Merugi Tahun Ini

David mengakui di kuartal IV-2020 permintaan kayu dari Amerika Serikat meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini didorong karena sempat beberapa waktu lalu tidak ada shipment ke AS, sehingga saat ini stok mereka menipis. Maka dari itu AS sedang dalam upaya memenuhi kebutuhan stok kayu mereka. 

David memperkirakan di kuartal IV 2020 ini SLJ Global akan mengekspor 5.000 kubik-6.000 kubik per bulan produk Plywood. David melihat prospek ekspor ke AS masih cukup bagus. 

Namun sayang, David mengatakan meskipun GSP bisa membantu ekspor, tetapi ada biaya pengapalan meningkat karena pengiriman kayu menggunakan kontainer jadi jauh lebih mahal ke AS. 

David menggambarkan bahwa perbedaan harganya cukup signifikan, menggunakan breakbulk diibaratkan hanya US$ 100, tetapi dengan kontainer bisa menjadi US$ 200. 

Maka dari itu, saat ini SLJ menggunakan breakbulk untuk mengirim barang agar biaya kapal bisa ditekan. Namun, pengiriman menggunakan breakbulk ada kekurangannya, yaitu seringkali lebih lama karena harus menunggu muatan kapal terpenuhi (hingga ratusan kubik) dan faktor lainnya seperti cuaca. 

Selanjutnya: Harga bahan baku naik, begini strategi bisnis SLJ Global (SULI) hingga akhir 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×