Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) meminta pemerintah untuk memastikan pasokan gas aman untuk industri.
Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus Gunawan mengatakan, info mengenai defisit pasokan gas bumi ini pasti menakutkan investor dan memicu deindustrialisasi.
“Padahal pemerintah butuh investasi dan industri untuk capai pertumbuhan 8%. Pemerintah harus segera memastikan surplus produksi untuk penuhi kebutuhan domestik untuk kembalikan kepercayaan dunia usaha,” kata Yustinus kepada Kontan, Jumat (2/5).
Selain itu, Yustinus bilang FIPGB meminta agar implementasi pasokan volume Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) 100% sesuai volume alokasi Kepmen ESDM.
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), subholding gas PT Pertamina (Persero), memproyeksikan defisit pasokan gas akan meluas di sejumlah wilayah mulai 2025 hingga 2035.
Penurunan pasokan ini terjadi akibat menurunnya produksi dari sejumlah wilayah kerja migas tua tanpa diimbangi oleh temuan cadangan gas baru yang signifikan.
Direktur Utama PGN Arief S. Handoko mengatakan, defisit gas bumi akan mulai dirasakan di wilayah Jawa Barat dan Sumatra bagian utara mulai tahun depan. Kekurangan pasokan diperkirakan makin dalam pada 2028, khususnya di Sumatra Utara.
Baca Juga: Defisit Pasokan Gas, PGN Jajaki Sumber Pasokan Baru dan Regasifikasi LNG
“Kalau kita lihat dari 2025 sampai 2035, cenderung terjadi short gas di Sumatra bagian utara dan tengah ini turun sejak 2028. Jadi kalau kita lihat sejak 2028 ke 2035 shortage sampai ke 96 juta kaki kubik standar per hari (MMscfd),” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Senin (28/4).
Tidak hanya itu, Arief bilang kekurangan pasokan gas bumi juga akan menjalar ke wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat, dan Provinsi Lampung mulai 2035. Secara keseluruhan, PGN memperkirakan neraca gas nasional akan mengalami defisit yang terus meningkat hingga mencapai 513 MMscfd pada akhir 2035.
"Profil gas balance PGN periode 2025 sampai 2035 mengalami tren penurunan. Di sini yang akan sedikit lebih mengkhawatirkan di mana sejak 2025 short dari gas balance kita, dari 2025 sampai ke 2035 shortage-nya semakin membesar sampai minus 513 MMscfd," ujarnya.
Penyebab utama kondisi ini, menurut Arief, adalah menurunnya produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting akibat penurunan alami (natural decline), sementara belum ada cadangan baru yang bisa menambal kekurangan tersebut secara signifikan.
“Ini dipengaruhi atau disebabkan utamanya karena penurunan natural atau natural declining dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru,” jelas Arief.
Di sisi lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pada tahun 2026-2027 lifting atau produksi siap jual gas Indonesia bakal meningkat.
"Saya kemarin baru pulang dari Kalimantan mengecek, 2026-2027 lifting kita akan mulai naik. Ya 2025 ini kita belum ada impor gas kok," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (2/5).
Bahlil menambahkan, pada 2027 produksi gas bakal ada tambahan dari perusahaan migas asal Italia, ENI.
Saat ini ENI menyiapkan dua Proyek Strategis Nasional, yaitu Indonesia Deepwater Development (IDD) dengan cadangan 2,67 TCF gas dan 66 juta barel minyak, serta Geng North dengan cadangan 5,3 TCF gas. Investasinya pun signifikan yakni sebesar 3,7 miliar dolar AS untuk Southern Hub (IDD) dan 11,4 miliar dolar AS untuk Northern Hub.
Selain dari ENI, sumber tambahan gas dari perusahaan energi internasional dari Uni Emirat Arab (UEA) Mubadala Energy berencana mengembangkan eksplorasi cadangan gas pada proyek Tangkulo-1, Blok South Andaman yang berlokasi di Aceh.
Baca Juga: Ada Proyeksi Defisit Pasokan Gas, Menteri Bahlil: 2026-2027 Lifting Migas Mulai Naik
Selanjutnya: Melalui Literasi Keuangan, Adapundi Ajak Mahasiswa Perkuat Industri Wisata Banyuwangi
Menarik Dibaca: SLB Resmikan Fasilitas OneSubsea di Balikpapan, Fokus Perkuat Industri Bawah Laut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News