Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten sawit menjagokan segmen di luar CPO pada tahun depan. Seperti diketahui harga CPO masih landai karenanya mereka harus gesit menggarap pasar lain yang prospeknya lebih cerah.
Misalnya saja PT Mahkota Group Tbk (MGRO) yang akan fokus pada pengembangan hilirisasinya di sepanjang 2020. Sekretaris perusahaan Mahkota Group, Elvi menjelaskan tahun depan perusahaan akan fokus pada pabrik refinery atau hilirasasi.
Baca Juga: Sektor industri dasar selip di belokan terakhir, sektor keuangan jawara 2019
"Sebab perusahaan ingin agar kinerja perusahaan tidak di-drive oleh harga CPO yang masih fluktuatif," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (30/12).
Elvi menjelaskan di tahun depan, perusahaan akan gencar mengembangkan hilirisasi dengan menambah pasokan bahan baku ke pabrik refinery yang akan beroperasi di tahun depan. Caranya dengan mengakuisisi beberapa perkebunan sawit di Sumatera Selatan.
Selain di kedua sektor itu, Elvi mengungkapkan perusahaan juga berencana untuk menjajaki kerjasama proyek energi terbarukan dengan pemanfaatan limbah produksi.
Selanjutnya, PT Emiten perkebunan sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) juga fokus menggarap Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) yang baru diakuisisi pada November 2019 lalu.
Baca Juga: Kuota solar subsidi diproyeksi kembali jebol di 2020, ini yang diminta BPH Migas
Sekretaris perusahaan Sawit Sumber Mas, Swasti Kartikaningtyas menyatakan perusahaan akan mengoptimalkan produksi di refinery. "Hasilnya yang kemudian akan diekspor dengan patokan kurs sebesar Rp 14.200/ USD," ujarnya.
Selain fokus pada pabrik refinery, perusahaan juga dalam proses rencana pembangunan pabrik biogas. Swasti mengungkapkan perusahaan sedang dalam proses kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk Build Operate Transfer Agreement. Jadi Sawit Sumbermas bakal menggaet pihak luar yang berbentuk Joint Venture untuk membangun pabrik.
Emiten lainnya adalah PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) yang akan fokus pada segmen Oleokimia di sepanjang tahun depan. Investor Relation and Director UNSP Andi W Setianto menyatakan bergesernya fokus perusahaan ke product mix selain marginnya lebih besar, UNSP jadi tidak tergantung dengan harga CPO.
Baca Juga: Fokus hilirisasi, begini strategi Mahkota Group (MGRO) hadapi industri sawit di 2020
"Agenda ekspansi tahun depan, perusahaan akan meningkatkan utilisasi plant oleokimia yang ada," ujarnya.
Bakrie Sumatera Plantation berencana memaksimalkan utilisasi dari sebelumnya produksi acid baru 75% dan alkohol baru 65% akan menjadi 100% di akhir 2020 atau mampu memproduksi oleokimia sebanyak 9.000 ton per bulan.
Tidak tanggung-tanggung, emiten berkode saham UNSP ini akan meningkatkan komposisinya menjadi 50% dari pendapatan konsolidasi perusahaan. Hal ini dilakukan karena melihat prospek bisnis oleokimia di 2020 akan lebih baik.
Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) siapkan belanja modal Rp 617 miliar di 2020, untuk apa saja?
Asal tahu saja hingga saat ini Oleokimia UNSP diserap oleh Procter & Gamble Company (P&G) International yang turut mendukung penjualan ekspor perusahaan. Lewat P&G, oleokimia UNSP bisa diekspor ke Amerika, China, dan Eropa.
Kalau dilihat segmen geografisnya, penjualan ekspor terkerek hingga 366% menjadi Rp 541 miliar. Padahal perusahaan yang penjualannya didominasi lokal ini mencatatkan penjualan domestik turun 8% menjadi Rp 879,13 miliar dari sebelumnya Rp 956,99 miliar di kuartal III 2018.
Adapun perihal target akhir tahun dan proyeksi di 2020, Andi belum bisa menjelaskan dengan gamblang. Andi yakin perusahaan mampu memperbaiki utang dan rugi bersih yang tercatat di tahun ini dengan memaksimalkan penjualan product mix atau oleokimia yang punya margin lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News