kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Franky: Kurangi Ketergantungan Gandum Impor


Selasa, 19 Mei 2009 / 17:14 WIB


Reporter: Epung Saepudin | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kebutuhan gandum Indonesia terus meningkat. Sayang, kebutuhan gandum itu dipenuhi melalui impor.

Franky Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memperkirakan, kebutuhan impor gandum bakal terus meningkat. Tahun ini saja, ia memperkirakan, Indonesia akan mengimpor gandum sebanyak 5,5 juta ton. Bahkan, dia memprediksi, kebutuhan impor bakal meningkat 5% tiap tahun. "Dalam sepuluh tahun ke depan, bisa jadi impor gandum Indonesia mencapai 10 juta ton," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (19/5).

Menurut Franky, ketergantungan terhadap impor gandum dalam jangka panjang akan membahayakan. Sebab jika negara impor merubah kebijakan ekspornya ke Indonesia, seperti membatasi jumlah pasokan, maka akan mempengaruhi harga makanan di dalam negeri yang berbahan baku gandum.

Karenanya, Franky meminta agar Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap impor gandum. Caranya dengan melakukan budidaya gandum. Hanya saja, beredar kabar bahwa tanaman gandum yang biasanya hidup di negara sub tropis tak bisa dikembangkan di Indonesia. "Anggapan itu salah besar. Wilayah tropis pun mampu menghasilkan produk tanaman dari negara sub tropis," tegasnya.

Dia melihat, daerah dataran tinggi seperti Sumatera, Jawa dan Sulawesi cocok untuk budi daya gandum. Begitu pula daerah dengan lahan kering, seperti Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sayang, Franky mengakui budidaya gandum memerlukan langkah yang panjang. "Mengembangkan tanaman gandum itu bertahun-tahun dan memerlukan berbagai pendidikan. Pemerintah harus terlibat aktif," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×