Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Inovasi energi terbarukan berbasis limbah pertanian terus berkembang. Salah satunya adalah Bobibos, bahan bakar alternatif yang memanfaatkan jerami padi.
Selama ini, jerami kerap dianggap limbah pascapanen dan bahkan dibakar di sawah. Kini, jerami ditawarkan sebagai sumber energi baru yang berpotensi meningkatkan nilai ekonomi sektor pertanian.
Baca Juga: Kemendag Revisi Aturan Minyakita, Peran BUMN Distribusi Diperkuat
Inisiator Green Merah Putih Fauzan Rachmansyah menilai, inisiatif masyarakat Indonesia dalam mengembangkan Bobibos sebagai langkah positif dengan dampak ganda.
Selain mendorong pemanfaatan energi terbarukan, inovasi ini juga membuka peluang peningkatan kesejahteraan petani.
“Jerami bisa menjadi energi terbarukan itu memberikan dampak yang sangat positif. Masyarakat akan berbondong-bondong menanam padi. Padinya menjadi beras, sementara jerami yang selama ini membingungkan petani bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi,” ujar Fauzan kepada awak media, Senin (15/12/2025).
Menurut Fauzan, pengelolaan jerami sebagai bahan bakar alternatif berpotensi mengurangi pencemaran udara akibat praktik pembakaran terbuka.
Di sisi lain, langkah ini juga dapat menambah nilai ekonomi limbah pertanian sekaligus membuka lapangan kerja baru di tingkat desa.
Meski demikian, transisi energi melalui Bobibos dinilai masih menghadapi sejumlah tantangan.
Baca Juga: Pengusaha Sambut Penundaan Cukai Minuman Berpemanis, Begini Kata Asrim dan Gapmmi
Pengamat otomotif Bebin Juana menegaskan, keberhasilan energi alternatif tidak bisa diukur dari popularitas semata, melainkan harus ditopang oleh kesiapan skala ekonomi, kestabilan pasokan bahan baku, serta kemampuan memenuhi kebutuhan nasional secara berkelanjutan.
“Minyak bumi pasti akan habis. Namun, mencari penggantinya tidak bisa hanya mengikuti tren. Energi alternatif harus layak secara ekonomi, bisa diproduksi massal, dan tidak membebani konsumen,” kata Bebin.
Bebin mengakui Bobibos memiliki potensi besar karena jerami merupakan residu pertanian yang melimpah.
Dengan luas lahan sawah Indonesia yang mencapai sekitar 11 juta hektare, ketersediaan bahan baku dinilai relatif lebih mudah dibandingkan sumber nabati lainnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa potensi tersebut tetap harus diuji secara realistis.
“Secara konsep, ada peluang karena jerami adalah limbah. Tetapi, yang masih perlu dibuktikan adalah apakah volumenya cukup untuk kebutuhan nasional dan apakah pasokannya bisa stabil. Konsistensi kualitas dan volume menjadi kunci,” pungkasnya.
Selanjutnya: BSI Siapkan Uang Tunai Rp 15,49 Triliun Jelang Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Simak Rekomendasi Saham dari BNI Sekuritas Selasa (16/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













