Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sejak pekan lalu, wilayah Riau dan Kalimantan diselimuti kabut asap sebagai akibat kebakaran di lahan gambut. Musim kemarau yang panjang memicu titik-titik api yang menyulut kebakaran hutan. Kondisi ini dipastikan merugikan perusahaan kelapa sawit.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun menjelaskan, asap yang menyelimuti akan menghambat sinar matahari dan memperlambat proses pematangan tandan buah segar (TBS). Akibatnya, pertumbuhan TBS terhambat dan membuat produksi CPO turun.
Derom mencontohkan, jika dalam sebulan produksi CPO satu perusahaan di Riau bisa mencapai 10.000 ton setiap bulannya. Maka adanya kebakaran hutan ini memangkas produksi hingga 5% setiap bulan. Nah, dalam setahun produksi akibat kebakaran terpangkas 1% hingga 2% dari target produksi.
Sementara menghadapi kebakaran, perusahaan CPO belum semua sigap mengantisipasi kebakaran. Sebab, peralatan standard pencegahan dan penanganan kebakaran belum merata.
Peralatan pencegah kebakaran itu, seperti menara pemantau pada setiap sektor kebun. Dengan adanya menara pemantau itu maka deteksi adanya titik-titik yang berpotensi terjadi kebakaran lebih cepat. Selain itu alat pemadam kebakaran mulai dari yang sederhana seperti: timbunan pasir dan cadangan air. Juga mobil kebakaran yang dimiliki perusahaan kebun sawit yang berada di daerah gambut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News