Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mukti Sardjono Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) masih optimistis ekspor minyak sawit tidak akan menurun dibandingkan tahun lalu.
“Perkiraan ekspor masih optimistis, paling tidak sama seperti tahun lalu. Kita harapkan potensi impor tambahan 500.000 ton bisa mendorong naik. Diplomasi pemerintah juga diharapkan bisa meningkatkan ekspor,” ujar Mukti, Kamis (19/7).
Ekspor minyak sawit di tahun 2017 sebesar 31,05 juta ton. Ekspor pada 2017 meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar 25,11 juta ton. Sementara, pada Mei tahun ini, ekspor minyak sawit termasuk biodiesel dan oleochemical menurun 3% menjadi 2,33 juta ton dari 2,39 juta ton pada bulan April.
Mukti bilang, penurunan ini akibat banyaknya suplai minyak nabati lain. “Pengaruh perdagangan AS dan Tiongkok, impor kedelainya distop sehingga ada kelebihan milik AS. Tiongkok juga pintar sudah menyimpan stok. Pasar minyak nabati banjir. Rapeseed dan bunga matahari di Eropa produksinya juga sedang bagus, lagi panen. Indonesia juga panen CPO. Itu yang menyebabkan ekspor sawit kita menurun sedikit,” tambah Mukti.
Menurut Mukti, hasil ekspor belum bisa dipastikan dalam enam bulan pertama tahun ini. Dia optimis, pada musim dingin produksi kedelai dan rapeseed akan berkurang, sehingga ekspor akan bertambah. Dia menambahkan, Indonesia juga masih menyasar pasar ekspor yang potensial seperti Afrika, Timur Tengah, Pakistan dan Bangladesh.
Tak hanya itu, dia pun mengatakan Indonesia tengah mendorog penggunaan minyak sawit dalam negeri. Terlebih, sekarang sedang pembahasan penggunaan B30.
Mukti berharap, harga CPO tak jatuh hingga di bawah US$ 600 per metrik ton. Sementara itu, berdasarkan data GAPKI, hara raya-rata CPO sepanjang Mei sekitar US$ 653,6 per metrik ton. Harga rata-rata Mei menurun US$8,6 dibandingkan harga rata-rata pada April lalu US$ 662,2 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News