Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memprediksi adanya penurunan penjualan ritel hingga 0,4% pada awal tahun 2020 dari kuartal pertama tahun lalu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menjelaskan, memasuki 2020 banyak tantangan yang dihadapi mulai dari banjir hingga merebaknya virus corona yang menjadi dampak dari penurunan penjualan ritel.
Baca Juga: Corona, destinasi wisata utama di Jakarta tutup selama dua pekan
"Ketika banjir tidak ada yg mau belanja, toko toko juga banyak yang terendam, mulai dari tahun baru dan berturut turut hujan, di Januari minggu kedua itu lemah sekali dan memasuki minggu ke empat adanya virus corona jadi menekan lagi. Ditambah juga dampak resesi global, yang belum selesai, Brexit, itu semua kan menyebabkan orang akan berupaya saving. Jadi di kuartal satu ini kita rendah sekali, ini titik terendah kita di awal tahun," jelasnya kepada kontan.co.id, Rabu (11/3).
Roy menyebut belum bisa mendapatkan hasil akhirnya di kuartal satu ini sampai April mendatang. Tapi menurutnya rendah sekali apalagi dengan ditambah efek virus corona yang sudah masuk di Indonesia. "Kuartal pertama penurunannya bisa 0,4% dari tahun lalu," katanya.
Roy menjelaskan, di kuartal pertama tahun lalu pertumbuhan penjualan ritel capai 2%. Roy juga mengatakan,data penjualan ritel sepanjang 2019 tidak mencapai target. Hanya bertumbuh 8,5% dari target 10% sampai akhir tahun 2019.
"Tidak mencapai target kita di 10% karena di kuartal 4 memang ternyata lemah pembeliannya. Yang kita harapkan meningkat ternyata lemah kemudian juga memasuki 2020 sudah dimulai dengan banjir lalu corona," katanya.
Baca Juga: Antisipasi virus corona, Taman Impian Jaya Ancol tutup sementara
Menurut Roy, faktor penyebab tahun lalu menurun karena ramainya orang-orang menolak hasil pemilu di bulan Juli-Agustus rendah.
"Karena orang takut untuk belanja datang ke mall takut demo, macet, kerusuhan jadi itu rendah yang mestinya mendekati angka-angka signifikan tapi rendah begitu ada political issue adanya keramaian dan kerusuhan itu sangat menekan sekali ke transaksi kita," ujar Roy.
Roy menyebut, strategi ke depan pihaknya masih mengharap cemas mengenai RUU Omnibus Law yang di harapkan menjadi concern sebagai bagian daripada peningkatan produktifitas dan daya saing. Kemudian juga Roy berharap adanya dukungan strategis dalam hal kebijakan fiskal dan moneter dari pemerintah.
"Fiskal berkaitan dengan perpajakan atau cukai kalau yang sedang kita suarakan dapat di hold dulu pengenaan cukai yang akan dikeluarkan atau yg sudah dikeluarkan karena ini berkaitan dengan konsumsi," jelasnya.
Baca Juga: Efek virus corona memberi dampak pada kunjungan di Mall Kelapa Gading
Selain itu Roy berharap subsidi tetap berkelanjutan bagi masyarakat menengah ke bawah karena konsumsinya sangat ditopang oleh adanya subsidi-subsidi.
"Baik dana bantuan desa, harga minyak, listrik, dan BPJS yang mestinya naik tapi dibatalkan itu harus tetap dijaga supaya konsumsinya tidak dilarikan untuk membayar biaya-biaya tadi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News