kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda Indonesia (GIAA) yakin sampai akhir tahun catatkan laba


Sabtu, 27 Juli 2019 / 07:30 WIB
Garuda Indonesia (GIAA) yakin sampai akhir tahun catatkan laba


Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bisnis penerbangan di tanah air memang tengah di sorot, khususnya kenaikan tiket pesawat. Kendati demikian,  PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tetap manaruh optimistis dapat membidik target laba sebsar US$ 70 juta. 

Optimisme Garuda Indonesia ini didasarkan pada laporan keuangan kuartal I 2019 yang telah disesuaikan, mencatat laba tahun berjalan sebesar US$ 19,74 juta. 

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tetap terbuka bisnis wifi di pesawat

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA Fuad Rizal mengatakan, pihaknya tetap yakin bahwa kinerja operasional GIAA di kuartal I 2019 bakal terus berlanjut hingga akhir tahun 2018. 

“Strateginya melalui efisiensi dari komponen biaya sewa pesawat dan menurunkan utilisasi pesawat agar konsumsi avtur menurun,” katanya pada Jumat (26/7). 

Komponen biaya pesawat, dilakukan dengan melakukan memperpanjang masa sewa pesawat yang akan jatuh tempo di tahun ini. Sampai saat ini, kata Fuad, sudah ada sekitar 10 sampai 15 pesawat yang masa sewanya diperpanjang. 

Hal ini bakal berdampak pada komposisi liabilitas GIAA. Manajemen GIAA memang sedang berupaya memperbesar komposisi liabilitas jangka panjang. Fuad mengklaim, satu pesawat yang diperpanjang masa sewanya bakal bisa menekan sekitar 25% sampai 30% biaya untuk per pesawat. 

Hanya saja Fuad tidak menjelaskan terkait risiko dari perpanjangan masa sewa tersebut. Sudah umum jika semakin tua usia pesawat, maka biaya perawatannya bakal lebih mahal karena bakal lebih banyak suku cadang yang akan diganti.

Baca Juga: Revisi laporan keuangan, saham Garuda Indonesia (GIAA) menukik

Jika mengutip laporan keuangan Garuda Indonesia tren beban pemeliharaan dan perbaikan pesawat selalu mengalami kenaikan. Di tahun 2016 beban pemeliharaan dan perbaikan sebesar US$ 393,31 juta, kemudian naik di tahun 2017 menjadi US$ 429,36 juta. Sementara di tahun 2018 kembali naik secara signifikan menjadi US$ 529,37 juta.

Adapun di kuartal I 2019, beban pemeliharaan dan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun 2018 naik 19,8% menjadi US$ 118,59 juta.

Baca Juga: Garuda kembali merilis laporan keuangan, bagaimana dengan kinerja di kuartal I 2019?

Kemudian, strategi kedua adalah dengan mengurangi konsumsi bahan bakar avtur. Kata Fuad, sejak Januari harga avtur rata-rata sudah naik 20%. Tapi, Fuad mengklaim di kuartal I 2019 pengeluaran avtur GIAA dibanding periode yang sama sebelumnya turun 5%. 

“Itu karena kita optimalkan produksi, tidak menggeber utilisasi,” jelasnya. 

Strategi ini tentu bakal mengurangi utilisasi pesawat Garuda Indonesia. Kata Fuad, Garuda Indonesia bakal tetap beroperasi normal di rute-rute gemuk. Tetapi untuk beberapa rute yang permintaannya sedikit, maka utilisasi pesawat per harinya bakal dikurangi.#

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) gelar public expose restatement hari ini, Jumat (26/7)

“Kalau jam sibuk saja kita optimalkan,” jelasnya.

Strategi ini diyakini Fuad bakal mendorong kinerja GIAA di tahun 2019 ini. Manajemen menargetkan tahun 2019 ini GIAA bisa mencatat laba bersih sebesar US$ 70 juta. Adapun pada tahun 2018 lalu, GIAA mencatat rugi sebesar US$ 179,23 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×