Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Garuda Indonesia Airlines (Persero) Tbk (Garuda) mengaku keberatan jika jumlah penerbangannya dikurangi. Hal itu akan bertentangan dengan usulan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan yang meminta pengurangan frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno Hatta, karena sudah terlalu padat.
"Sesuai ilmu ekonomi jika frekuensi penerbangan lebih sedikit dari permintaan, sehingga nantinya harga menjadi naik sehingga dapat mengganggu pasar," ujar Senior Manajer Komunikasi Eksternal Garuda Ikhsan Rosan, Rabu (20/11).
Iksan menjelaskan penerapan frekuensi penerbangan dirancang karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pihak Garuda menilai jika permintaan terus meningkat maka secara otomatis frekuensi penerbangan akan terus ditambah.
"Jika pengurangan frekuensi penerbangan nantinya akan berdampak kepada ekonomi Indonesia karena dengan frekuensi penerbangan terus bertambah diikuti dengan adanya permintaan yang bertambah," ungkap Iksan.
Namun Iksan mengungkapkan frekuensi penerbangan akan berpengaruh kepada ketersediaan kursi pesawat yang terbatas dan mempengaruhi mobilitas masyarakat. Jadi ketika pelanggan Garuda meminta tambahan penerbangan tetapi barangnya tidak ada, maka Garuda akan meningkatkan tarifnya tersebut akan semakin mahal.
"Di satu sisi penerbangan itu mendukung orang untuk melakukan bisnis dan mobilitas," jelas Ikhsan.
Sebelumnya diberitakan, semua maskapai penerbangan yang memiliki slot di bandara Soekarno Hatta akan dikurangi. Ada sekitar 80 penerbangan di Bandara Soekarno Hatta akan dilimpahkan ke Bandara Halim Perdanakusuma. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News