kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Garuda Maintenance (GMFI) rugi Rp 50 miliar pada 2019, ini penyebabnya


Rabu, 08 April 2020 / 17:13 WIB
Garuda Maintenance (GMFI) rugi Rp 50 miliar pada 2019, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Jumpa pers GMF Aero Asia (GMFI) di kompleks Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (6/3/2020).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) mencatat rugi bersih US$ 3,1 juta atau sekitar Rp 50,8 miliar pada 2019. Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tersebut membukukan rugi, salah satunya disebabkan oleh naiknya sejumlah komponen beban.

Sekretaris Perusahaan GMFI Maryati menjelaskan, dari perspektif finansial, GMF masih dapat memenuhi target pendapatan usaha sebesar US$ 519,48 juta, tumbuh 10,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 470 juta seiring adanya kenaikan transaksi pendapatan dari Garuda Indonesia, Citilink dan Sriwijaya Air.

Didukung oleh penambahan porsi pendapatan customer Internasional non-afiliasi. Namun, pada tahun 2019 GMF membukukan rugi bersih senilai US$ 2,99juta.

Baca Juga: Pendapatan naik 10,52%, GMFI mencatat rugi US$ 3,19 juta pada tahun lalu

Kendati demikian, pendapatan perseroan tertekan komponen beban usaha, seperti beban pegawai naik 1,6%, beban penyusutan naik 13%. Sedangkan beban material dan beban sub kontrak naik paling tinggi yakni sekitar 37,5% dan 23%.

"Peningkatan beban material salah satunya disebabkan oleh melonjaknya biaya pembelian suku cadang expandable, suku cadang repairable dan bahan bakar," ujar Maryati kepada kontan.co.id, Rabu (08/4).

Sehingga, GMF mencatat laba usaha US$ 15 juta, turun 46% dibanding tahun sebelumnya sebesar US$ 28 juta. Laba perseroan kembali tertekan seiring dengan meningkatnya beban keuangan perusahaan menjadi sekitar US$ 19,5 juta dari US$ 16,1 juta.

Selain itu, menyusutnya pendapatan lain-lain perseroan dari US$ 7,9 juta menjadi hanya US$ 1,9 juta juga ikut mengakibatkan perseroan akhirnya membukukan rugi sebelum pajak US$ 2,1 juta.

Baca Juga: Ini Penyebab Pekerjaan untuk GMFI Justru Naik di Saat Bisnis Penerbangan Tertekan

Angka ini berbanding terbalik dibanding periode sebelumnya yang mencatat laba sebelum pajak US$ 21 juta. Adapun setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan akhirnya membukukan rugi tahun berjalan US$ 2,9 juta dan laba bersih US$ 3,18 juta.

"Tahun 2019 merupakan tahun yang cukup menantang bagi industri penerbangan dunia, banyak tekanan yang pada akhirnya mendorong industri MRO bergerak menyesuaikan dinamika global," kata Maryati.

Maryati mengungkapkan, tren yang saat ini berkembang di industri penerbangan adalah supply and demand, maskapai pun akan menyediakan layanan yang memiliki demand tinggi dan meniadakan layanan yang tidak sesuai dengan demand publiknya.

Sehingga adanya penyesuaian kapasitas maskapai mengakibatkan utilisasi flight hour turun dibanding proyeksi awal tahun.

"Dapat menjadi catatan juga bahwa frekuensi penerbangan dari grup afiliasi mengalami penurunan frekuensi hingga 18% dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.

Menurut Maryati, banyak faktor lain juga menyebabkan kerugian, seperti di antaranya tingginya financial charges dan likuiditas customer yang meningkatkan biaya perolehan material dan peningkatan volume subcontract.

Baca Juga: Perawatan pesawat dari luar negeri ke GMF Aero Asia (GMFI) meningkat akibat corona

Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa pada perspektif operasi, GMF berhasil memenuhi ekspektasi pelanggan sehingga mencapai target Customer Satisfaction Index (CSI) yang telah ditetapkan dibuktikan oleh semakin meningkatnya share of wallet dari customer internasional. Selain itu aspek kesiapan pegawai (Employee Readiness) juga berhasil memenuhi target sejalan dengan usaha GMF dalam menciptakan SDM unggul bertaraf internasional," jelas Maryati.

Maryati menambahkan, pencapaian Compliance Index GMF juga dikategorikan baik sejalan dengan usaha peningkatan implementasi GCG, internal audit, dan keberjalanan program safety & quality.

"Faktor-faktor tersebut pun kini tengah GMF jadikan bahan evaluasi guna perbaikan kinerja di 2020. Di balik hal tersebut, ditahun 2019 kami juga telah melahirkan beberapa inovasi dan inisiatif bisnis yang ke depannya diharapkan mampu mendorong lahirnya akselerasi perkembangan bisnis GMF dalam upaya ekspansi yang lebih luas dan pencapaian misi untuk menjadi top ‘10 MRO in the world’," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×