Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
Maryati mengungkapkan, tren yang saat ini berkembang di industri penerbangan adalah supply and demand, maskapai pun akan menyediakan layanan yang memiliki demand tinggi dan meniadakan layanan yang tidak sesuai dengan demand publiknya.
Sehingga adanya penyesuaian kapasitas maskapai mengakibatkan utilisasi flight hour turun dibanding proyeksi awal tahun.
"Dapat menjadi catatan juga bahwa frekuensi penerbangan dari grup afiliasi mengalami penurunan frekuensi hingga 18% dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.
Menurut Maryati, banyak faktor lain juga menyebabkan kerugian, seperti di antaranya tingginya financial charges dan likuiditas customer yang meningkatkan biaya perolehan material dan peningkatan volume subcontract.
Baca Juga: Perawatan pesawat dari luar negeri ke GMF Aero Asia (GMFI) meningkat akibat corona
Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa pada perspektif operasi, GMF berhasil memenuhi ekspektasi pelanggan sehingga mencapai target Customer Satisfaction Index (CSI) yang telah ditetapkan dibuktikan oleh semakin meningkatnya share of wallet dari customer internasional. Selain itu aspek kesiapan pegawai (Employee Readiness) juga berhasil memenuhi target sejalan dengan usaha GMF dalam menciptakan SDM unggul bertaraf internasional," jelas Maryati.
Maryati menambahkan, pencapaian Compliance Index GMF juga dikategorikan baik sejalan dengan usaha peningkatan implementasi GCG, internal audit, dan keberjalanan program safety & quality.
"Faktor-faktor tersebut pun kini tengah GMF jadikan bahan evaluasi guna perbaikan kinerja di 2020. Di balik hal tersebut, ditahun 2019 kami juga telah melahirkan beberapa inovasi dan inisiatif bisnis yang ke depannya diharapkan mampu mendorong lahirnya akselerasi perkembangan bisnis GMF dalam upaya ekspansi yang lebih luas dan pencapaian misi untuk menjadi top ‘10 MRO in the world’," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News