Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan, PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) ingin memperkuat penjualan ekspornya. Saat ini, porsi penjualan ekspor memang terbilang kecil, namun emiten komponen otomotif ini tidak akan gentar untuk bersaing di pasar global.
Direktur BOLT, Anthony Wijaya menjelaskan, semester I-2018, penjualan ekspor mencapai 4,74% dari total penjualan. Sedangkan tahun lalu hanya menyumbang 3% dari total penjualan. "Kami proyeksikan minimal dalam lima tahun ke depan, ekspor akan menyumbang 30% dari total penjualan," kata Anthony kepada Kontan.co.id, Rabu (29/8).
Saat ini, perusahaan manufaktur baut dan mur ini banyak mengekspor ke Jerman. Selain itu masih ada negara Eropa lain, Brasil, India, Thailand dan juga negara asia lainya. Selama semester I-2018, penjualan ekspor mengalami kenaikan sebesar 52,33% dibandingkan dengan smeester I-2018.
Negara yang akan dibidik awal tahun depan adalah Amerika Serikat. Sebagai negara yang punya bisnis otomotif yang masif, wajar BOLT mengejar pasar tersebut. Terlebih penjajakan telah dimulai dari tahun lalu.
Anthony mengakui salah satu opsi memasuki negeri Paman Sam tersebut yakni lewat bentuk Joint Venture dengan trading house di AS. "Setidaknya satu kaki kita masuk di sana. Tapi kita masih mencari dan saat ini belum terealisasi," jelasnya.
Adapun tahun ini perseroan, masih optimis target penjualan keseluruhan masih bisa tumbuh 10%. Hal ini didukung dengan pengingkatan pasar otomotif domestik. Baik di roda dua maupun roda empat. Selain itu ada penginkatan kapasitas dan peremajaan terhadap mesin-mesin produksi.
Tahun ini BOLT menganggarkan alokasi belanja modal sebesar Rp 60 hingga Rp 70 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk penambahan pusat logistik baru di MM2100 Cibitung dan juga pembelian mesin baru. Pusat logistik tersebut akan beroperasi di November nanti dan akan mendekatkan posisi pengiriman produk ketimbang dari pabrik.
Saat ini pabrik BOLT berada di Kapuk dan Tangerang. Kapasitas produksi telah meningkat 4% di tahun ini menjadi 30.000 ton per tahun. Dengan utilisasi produksi sebesar 70%.
Sedangkan untuk kinerja laba bersih, Anthony mengaku akan sama dengan tahun lalu. Hal ini mengingat harga bahan baku besi yang naik dan nilai tukar rupiah yang melemah.
"Peningkatan harga jual ke pabrikan otomotif ada delay. Nanti harga akan berubah di pass ke pabrikan otomotif tahun depan. Saat itu kinerja bottom line kami harusnya lebih baik," jelasnya.
Dari laporan keuangan semester I-2018, penjualan BOLT sebesar Rp 552,89 miliar atau naik 19% dari periode sama tahun sebelumnya 489,44 miliar.
Hanya saja beban pokok penjualan perseroan membengkak menjadi Rp 437,2 miliar atau naik 22% dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 358,8 miliar. Alhasil laba bersih turun sebesar Rp 39,7 miliar atau turun 30% menjadi Rp 56,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News