Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Pratama Guitarra
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tambang batubara yang tergabung dalam Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) berencana memotong produksi batubaranya hingga 15% - 20%.
Rencana pemotongan produksi itu imbas dari pagebluk virus corona (Covid-19) yang menekan semua harga komoditas termasuk komoditas batubara.
Ketua Umum APBI, Pandu Sjahrir menyampaikan, dengan kondisi demand yang belum membaik, untuk menjaga profitabilitas produsen tambang batubara, pihaknya berencana untuk melakukan pemotongan produksi tahun 2020 sebesar 15-20% dari rencana awal.
"Pemotongan produksi ini diharapkan dapat mendongkrak harga batubara global dengan tercapai keseimbangan supply dan demand pada global seaborne market,” terangnya, Rabu (1/7).
Pandu menyadari, rencana pemotongan produksi ini tentunya akan berdampak terhadap target penerimaan pemerintah dari produksi nasional sebesar 550 juta metrik ton dan juga target-target dari masing- masing produsen.
Namun, menurut Pandu, upaya pemotongan produksi merupakan upaya terbaik yang bisa dilakukan oleh para produsen dan tentu dengan dukungan pemerintah agar industri pertambangan batubara nasional bisa survive di tengah Pandemi Covid-19.
"Jika perusahaan bisa survive, pemerintah pusat dan daerah akan diuntungkan jika perusahaan bisa mempertahankan kinerjanya dan melanjutkan investasinya,” jelasnya.
Sebagai gambaran, pagebluk virus corona menekan semua harga komoditas termasuk harga komoditas batubara yang sampai sejauh ini masih menjadi salah satu sektor andalan penerimaan negara.
Namun, harga batubara terus menunjukkan trend penurunan sejak awal tahun 2020 yang didorong oleh kondisi kelebihan pasokan (oversupply) batubara termal di mana permintaan (demand) merosot drastis sementara pasokan (supply) relatif masih kuat.
Beberapa analis seperti IHS Markit memperkirakan penurunan permintaan batubara di 2020 pasca Covid-19 merupakan penurunan yang terbesar sepanjang sejarah.
Dari kajian APBI, diperkirakan seaborne demand telah terkoreksi sekitar 85 juta ton dari sekitar 980 juta ton di Januari menjadi sekitar 895 juta ton di Juni 2020, di mana jumlah ini diperkirakan masih akan terus terkoreksi sampai akhir tahun jika Pandemi Covid 19 terus berlanjut.
Dampak dari Pandemi Covid-19 yang menyebabkan semakin melebarnya kondisi oversupply di pasar batubara termal global mendorong harga terus turun. Kondisi ini semakin mencemaskan karena trend harga rendah masih akan berlanjut akibat kekhwatiran akan kemungkinan gelombang kedua serangan Covid-19 yang dapat kembali menekan pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia seperti, di Tiongkok, India, Jepang, Korea, dll.
Turunnya harga yang mana Harga Batubara Acuan (HBA) Juni dan Juli yang di level US$ 50-an dollar per ton (basis 6322 GAR) yang mana mendekati level harga di tahun 2016.
"Dengan kondisi seperti ini APBI berpendapat perlu segera ada upaya pengendalian produksi melalui pemotongan produksi dari para produsen batubara nasional,” tandasnya.
Baca Juga: Mitsui hengkang, APLSI: Investor hindari bangun PLTU di Jawa karena oversupply
Pemotongan produksi diharapkan dapat menekan harga yang terus turun karena semakin melebarnya oversupply. Menurut kajian APBI, kata Pandu, perkiraan produksi batubara tahun 2020 sekitar 595 juta ton ton telah turun menjadi 530 juta ton di Juni 2020.
Namun APBI memandang masih diperlukan pengendalian produksi nasional dengan adanya tambahan pemotongan produksi sampai dengan 50 juta ton sehingga produksi batubara nasional menjadi sekitar 480 juta ton agar supaya tercapai keseimbangan supply dan demand pada global seaborne market.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News