kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Genjot IKM saat pandemi, pemerintah anggarkan Rp 6,1 triliun lewat skema KUR


Minggu, 12 April 2020 / 17:21 WIB
Genjot IKM saat pandemi, pemerintah anggarkan Rp 6,1 triliun lewat skema KUR
ILUSTRASI. Pekerja menggoreng kerupuk di Pabrik Kerupuk Pasundan, Depok, Jawa Barat, Senin (03/02). KONTAN/Baihaki/03/02/202


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

Menperin pun mengapresiasi pelaku IKM yang saat ini sudah melakukan berbagai langkah untuk tetap bertahan di tengah kondisi perekonomian yang cukup sulit saat ini. Bahkan, beberapa IKM telah melakukan penyesuaian usaha atau repurposing.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, pihaknya terus memantau dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor IKM di beberapa daerah.

“Upaya identifikasi ini guna merumuskan kebijakan strategis ke depannya agar sektor IKM di dalam negeri dapat semakin bergairah menjalankan usahanya,” terangnya.

Adapun bantuan yang diharapkan dari pemerintah adalah relaksasi kredit, bantuan untuk membayar gaji pegawai, akses bahan baku dengan harga rasional, serta ketegasan kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 sehingga dunia bisnis dapat memperhitungkan strategi manajemen yang harus dijalankan.

Tokopedia sebagai salah satu startup yang mengelola marketplace dari pelaku IKM menjelaskan, dalam kondisi saat ini, terutama dengan diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), arus transaksi belanja di aplikasi online marketplace meningkat cukup signifikan.

Baca Juga: Perry Warjiyo: Skenario terberat pertumbuhan ekonomi anjlok ke 1,1%

Namun, menurutnya, peningkatan ini terjadi karena pola belanja masyarakat yang berubah. Di tahun sebelumnya, 97% transaksi belanja dilakukan secara offline. “Melihat situasi ini, maka perlu ada transisi menuju pembayaran online secepat mungkin, jelas Founder Tokopedia, William Tanuwijaya.

William mengatakan, masyarakat saat ini cenderung menunda belanja online untuk barng yng tidak begitu penting. Sehingga, kondisi ini memberikan peluang untuk melakukan repurposing, termasuk untuk membentuk demand di pasar domestik maupun global. Pasar Indonesia sangat menjanjikan. Hal ini sebenarnya merupakan peluang untuk substitusi impor. Sembari menunggu impor, ternyata industri lokal bisa memenuhi itu, tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×