kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Grup Alfa berani ekspansi di tengah krisis


Jumat, 30 September 2016 / 14:42 WIB
Grup Alfa berani ekspansi di tengah krisis


Reporter: Dessy Rosalina, Galvan Yudistira, Yuwono Triatmodjo | Editor: Rizki Caturini

Siapa sangka jika seorang pedagang toko kelontong kelak menjadi taipan pemilik puluhan ribu minimarket? Tak bisa mencicip bangku kuliah, Djoko Susanto, pendiri Grup Alfa mewarisi darah pedagang sang ayah. 

Cikal bakal grup ini bermula saat Djoko membuka toko kelontong bernama sumber Bahagia pada 1967 silam di Petojo, Jakarta Pusat. Ulet dan fokus menjadi bekal Djoko membesarkan bisnis kendati usianya masih menginjak 16 tahun.

Di toko miliknya, pria pehobi diving ini menjual berbagai macam kebutuhan pokok, termasuk rokok. Seiring berjalannya waktu, Djoko sukses menguasai penjualan rokok di Indonesia. 

Djoko menjadi penjual rokok Gudang Garam terbesar di Indonesia pada 1987. Dua tahun berikutnya, Djoko meraih gelar penjual terbanyak rokok Marlboro atau menguasai 40% penjualan Marlboro di Indonesia.

Keahlian mengelola bisnis kelontong pula membuat pebisnis Putera Sampoerna terpincut. Putera menawarkan kursi direksi di PT HM Sampoerna Tbk lantaran Djoko menyandang gelar pedagang rokok sukses. 

Dus, pada 1987, pedagang kelontong ini duduk di kursi Direksi Distribusi HM Sampoerna. "Pertimbangan saya, jika bisa berteduh di pohon beringin, kenapa harus kepanasan di tanah kering?," ujar Djoko.  

Pertemuan dengan Putera menjadi batu loncatan bagi masa depan bisnis Grup Alfa. Jejalinan Djoko dan Putera Sampoerna melahirkan PT Sumber Alfaria Trijaya dan Alfa Retailindo (Alfa Gudang Rabat) pada 1989. Beranjak tumbuh, krisis 1998 memukul bisnis Alfa. Tapi, keberuntungan memihak Djoko lantaran saat itu dia tidak memiliki utang dalam dollar AS.




TERBARU

[X]
×