kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,78   -2,97   -0.33%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Grup Alfa berani ekspansi di tengah krisis


Jumat, 30 September 2016 / 14:42 WIB
Grup Alfa berani ekspansi di tengah krisis


Reporter: Dessy Rosalina, Galvan Yudistira, Yuwono Triatmodjo | Editor: Rizki Caturini

Berani ekspansi

Saat krisis 1998 mengguncang, Djoko mengelola 30 toko wholesale Alfa Gudang Rabat dengan pegawai 1.000 orang. Keberuntungan lain adalah tak ada satu pun toko yang terbakar karena pegawai Alfa cepat tanggap memadamkan api.

Tapi, sekitar tujuh toko dijarah ludes. Di tengah krisis, kejelian bisnis Djoko justru muncul. Dengan keberanian, Djoko langsung membuka jaringan tokonya dua pekan setelah kerusuhan 1998. "Semua orang ke luar negeri, saya justru mau kembali karena lagi di Hong Kong. Saya dapat windfall karena kompetitor lain baru buka dua bulan setelah kerusuhan," tutur Djoko.

Setahun setelah krisis, Djoko makin ekspansif dengan mendirikan Alfa Minimart yang kemudian berubah nama menjadi Alfamart. Resep sama menjadi bekal Djoko melewati krisis 2008.

Meski tak memiliki utang dollar, bisnis Alfamart tertekan daya beli masyarakat yang lesu pada 2008. Strategi Alfamart, menerapkan efisiensi semisal menghemat penggunaan kertas. 

Strategi Alfamart, menerapkan efisiensi semisal seluruh pegawai termasuk direksi, hanya boleh memakai pesawat kelas ekonomi. Sepanjang 2009, Alfamart juga selektif ekspansi lantaran masih di masa konsolidasi. 

Lagi-lagi, Alfamart tetap berani ekspansi. Jika di 2008, Djoko membuka 543 gerai, pada 2009 ada 594 gerai Alfamart baru muncul dan kemudian melonjak menjadi 1.439 gerai baru dibuka pada 2010. 

Pengalaman panjang Djoko di bisnis ritel melahirkan keberanian ekspansi di masa krisis. Saat ini, Djoko tercatat menjadi juragan atas 11.950 gerai Alfamart, 150 Alfamidi dan 30 Lawson. 

Grup Alfa juga merangsek ke Filipina dengan menggandeng peritel setempat. Lewat Alfaland, konglomerasi juga mulai gencar menggarap proyek properti.

Berani ekspansi bukan berarti tak hati-hati. Sejak empat tahun lalu membawa merek Lawson, bisnis convenience store ini belum untung.  Penyebabnya, konsep Lawson kurang cocok dengan budaya konsumen di Indonesia. "Saya rem ekspansi dan tak ragu menutup 35 dari 70 gerai Lawson," ujar dia. Tapi, prediksi Djoko, bisnis Lawson bakal berkibar empat tahun lagi.      




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×