Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi gugur daun pada pohon karet dapat menyebabkan gangguan produksi. Oleh karena itu, pemerintah harus mencari cara untuk menindaklanjuti kondisi tersebut.
Suharto Honggokusumo Dewan Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyatakan gugur daun ini sejatinya merupakan kondisi genetika yang umum terjadi.
Menurutnya keadaan ini bakal berlanjut hingga September. "Sekarang produksi sudah turun 8% di semester pertama, semester-ii turun bisa lebih lagi mungkin bisa 10% lebih," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/8).
Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyampaikan terjadi penurunan kinerja produsen karet di paruh pertama 2018 terjadi secara nasional. Dalam catatan Gapkindo, ekspor karet sampai Juni 2018 turun 8% dari tahun lalu.
Kemudian tahun ini, produksi karet diperkirakan mencapai 3,77 juta ton sementara tahun sebelumnya produksi karet hanya sekitar 3,5 juta ton. Kemudian mayoritas produksi karet ini berasal dari produksi perkebunan rakyat sebesar 3,1 juta ton, produksi perkebunan negara yang diperkirakan 258.000 ton, dan dari perkebunan swasta sebesar 410.000 ton.
Menurut Suharto bila terjadi kondisi kekurangan pasokan dari satu daerah, umumnya akan ada pengiriman dari daerah yang berlebih.
Kemudian, dari informasi yang ia miliki, wilayah Sumatra Selatan dan Lampung merupakan dua lokasi yang melaporkan kondisi gugur daun yang cukup parah.
"Tapi apakah itu sudah ditanggulangi atau belum, saya tidak mengetahuinya," kata dia.
Menurutnya walau kondisi ini merupakan hal yang normal terjadi setiap tahun, namun ada baiknya bila pemerintah mengupayakan penelitian dan tindakan untuk mengurangi kondisi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News