Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Merebaknya wabah ulat bulu yang menyerang tanaman hortikultura di beberapa daerah sepertinya harus mulai diwaspadai. Salah satu daerah yang terserang wabah ulat bulu adalah Kabupaten Probolinggo yang merupakan daerah sentra buah mangga. Kementerian Pertanian mencatat, di Probolinggo terdapat sekitar 1.227.879 pohon mangga. Dari jumlah itu, sebanyak 14.813 terserang hama ulat bulu.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, serangan ulat bulu yang terjadi di Probolinggo ini adalah salah satu dari serangan ulat bulu yang terjadi di daerah lain. Jenis ulat bulu yang menyerang di tiap-tiap lokasi juga berbeda-beda. "Ulat bulu di Probolinggo cukup masif menyerang daun mangga," ujarnya saat konferensi pers akhir pekan lalu.
Ia bilang ulat bulu di Probolinggo mulai awal Maret dan merebak hingga puncaknya pada 6 April lalu di 9 kecamatan. Hama ulat bulu ini menyerang daun dan batang pohon mangga, dan terjadi pada malam hari. "Tapi hama ini tidak sampai mematikan pohon mangga," jelasnya.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim juga menyatakan, hama ulat bulu ini tidak akan banyak mengganggu produksi mangga nasional. Sebab, serangan hama ulat bulu di Probolinggo hanya menyerang 1,2% dari total populasi pohon mangga di daerah itu.
Rata-rata satu hektare (ha) lahan ditanami 400 pohon mangga. Jika yang terserang 14.813 pohon, itu hanya sekitar 37 ha. "Jika dibandingkan dengan total luas areal tanam mangga nasional yang lebih dari 200.000 ha atau setara produksi 6.000 ton mangga, ini sangat kecil," ungkapnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Hasanuddin menambahkan, jika dihitung rata-rata produksi buah mangga sekitar 20 kg per pohon, maka potensi produksi dari 14.813 pohon yang terserang ulat bulu ini hanya sekitar 300 ton.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Desiyanto Sutopo menjelaskan serangan hama ulat bulu memang menyebabkan pohon gundul. "Hama ulat bulu tidak menyerang titik tumbuh tanaman, sehingga kita harapkan tanaman tetap bisa berproduksi," ujarnya.
suswono menambahkan, pada kondisi normal, hama ulat bulu memang selalu muncul, tapi dalam jumlah yang rendah. Penurunan jumlah predator seperti semut dan burung saat ini ditengarai menjadi penyebab meledaknya hama ulat bulu ini. "Kemungkinan lainnya adalah adanya dugaan migrasi populasi akibat erupsi Gunung Bromo," katanya.
Peneliti dari IPB Agus Kardinan menambahkan, selain adanya migrasi populasi, perubahan iklim juga berdampak pada pola hidup serangga. "Dengan iklim ekstrim, siklus hidup serangga bisa lebih cepat," jelasnya.
Untuk mengantisipasi merebaknya hama ulat bulu, Suswono bilang Kementan telah melakukan upaya pengendalian dengan menyemprotkan insektisida secara serentak. Selain itu, Kementan melalui Dinas Pertanian setempat juga melakukan pengasapan, pengumpulan dan pemusnahan ulat dan pupa. Dengan upaya ini, kata Suswono saat ini serangan ulat bulu sudah mulai mereda.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi mangga nasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 produksi mangga nasional sebanyak 1,4 juta ton, Jumlah ini terus meningkat menjadi sekitar 1,6 juta ton pada tahun 2006, dan kembali naik menjadi 2,1 juta ton pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 lalu, jumlah produksi mangga sudah mencapai 2,3 juta ton. Artinya, setiap tahun produksi mangga nasional meningkat rata-rata sekitar 8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News