Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, kebutuhan terbesar akan varietas bibit padi Inpari tengah meningkat. Setelah hama wereng menyerang varietas bibit padi lainnya.
“Setelah sebelumnya varietas bibit lain terkena hama wereng, kita segera mencari kualitas bibit yang lebih tahan terhadap serangan wereng. Sekarang yang paling banyak adalah bibit inpari 30, 32, 33 dan inpari 42,” kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Kementerian Pertanian (Kemtan) Moh Ismail Wahab, Rabu (24/10).
Ismail menjabarkan, penggunaan bibit yang sama untuk penanaman tiga kali dalam satu tahun berpotensi menimbulkan hama yang lebih kuat daripada ketahanan padi. Sebelumnya petani lokal menggunakan bibit IR 64 pada tahun 1990 an hampir seluruh perkebunan nasional menggunakan bibit ini.
Namun seiring dengan proses penanaman yang berkelanjutan, bibit IR 64 diserang hama wereng. Setelahnya petani menggunakan bibit Ciherang di tahun 2000an, dan hama wereng kembali menyerang. Mulai tahun 2017, Kemtan mensosialisasikan bibit inpari guna membantu petani dalam memproduksi padi.
“Kalau dinilai dengan return of investment-nya, ini nilainya triliunan. Artinya kalau bibit tidak diganti, ada kemungkinan kegagalan produksi. Dengan diganti varietasnya maka produksinya minimal akan tetap, syukur bisa naik,” tegasnya.
Sejauh ini, bibit inpari dinilai kuat terhadap hama wereng. Sejauh ini, Kemtan mengklaim jumlah bibit Inpari cukup untuk para petani.
“Alhamdulillah cukup ya, ketersediaan bibit inpari saat ini cukup untuk para penangkar dengan varietaas unggul yang sudah melalui proses pemuliaan,” ungkapnya.
Kemtan mengklaim bahwa kebutuhan benih padi nasional pada tahun 2018 adalah 400 ribu ton dengan asumsi luas lahan keseluruhan adalah 16 juta ha untuk alokasi kebutuhan bibit 25 kg per ha. Rata-rata produksi benih padi setiap tahun adalah 5 ton sampai dengan 6 ton per ha.
Menurut Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Fransiscus Welirang, kebutuhan akan bibit padi unggul saat ini dinilai cukup tinggi. Namun, tidak selalu harus terfokus pada nilai namun juga hal lain yang turut mendukung produktivitas ke depannya.
“ Yang pasti, prioritas secara nasional adalah bibit benih padi yang produktivitasnya tinggii. Ada kriteria yang perlu dilihat ke depannya yakni harga beras yang terjangkau dan juga kesejahteraan petaninya,” ungkapnya.
Untuk ketersediaan benih, selain diharapkan pasokannya mencukupi permintaan, varietas bibit padi juga mampu bertahan di dalam segala kondisi lahan. Misalkan rawa, tanah dekat pantai, dataran rendah dan daerah yang kekurangan air.
Welirang menyebut bahwa bibit yang memberikan produktivitas tinggi atau bibit unggul, jumlahnya sangat banyak saat ini, namun yang menonjol adalah bibit padi inpari 42 dan inpari 43 dengan rata-rata produksi benih 10 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News