kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Hanya 20% SPBU yang belum siap pemberlakuan pembatasan BBM bersubsidi


Kamis, 20 Januari 2011 / 20:20 WIB
Hanya 20% SPBU yang belum siap pemberlakuan pembatasan BBM bersubsidi


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bakal diberlakukan dalam kurun waktu tiga bulan lagi. Namun, hingga saat ini masih sedikit pompa bensin yang sudah siap. Menurut Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gasbumi (Hiswana Migas) Eri Purnomo Hadi, hingga saat ini baru sekitar 80% pom bensin di wilayah Jabodetabek yang siap. "Ini kan masih proses. Kita masih mempersiapkan dan butuh dukungan dari pemerintah supaya Maret itu siap," kata Eri kepada KONTAN, Kamis (20/1).

Kendalanya, kata Eri adalah soal biaya investasi. Para pengusaha pom bensin itu kesulitan dengan pendanaan untuk investasi. Saat ini, Hiswana Migas masih menunggu komitmen dari pemerintah untuk membantu pengusaha pom bensin. "Katanya kan bank BUMN mau memberikan kredit. Ini yang kita minta dukungan ke pemerintah. Tapi ini kan baru sekedar komitmen, masih harus dipelajari lagi soal skema pembiayaannya," terang Eri.

Eri bercerita, nantinya di pom bensin itu akan ada jalur khusus untuk yang mengantre khusus BBM bersubsidi. Eri juga minta supaya operator pom bensin tidak diberikan beban untuk mengawasi dan memilah siapa saja yang berhak untuk mengantre BBM subsidi dan mana yang tidak. "Lebih baik ada pengawasnya sendiri sebagai wakil dari pemerintah," kata Eri.

Penjualan Pertamax turun

Eri menambahkan, saat ini penjualan Pertamax mengalami penurunan. Namun, Eri membantah, penurunan ini karena dampak dari banyak konsumen yang beralih ke pom bensin asing terkait dengan kebijakan pembatasan bbm ini. Eri bilang, faktor yang menjadi pemicu penurunan penjualan Pertamax adalah harga Pertamax yang terus melambung. "Harga Pertamax kan terus naik, ada penurunan tapi sedikit sekitar 5% hingga 10%," kata Eri.

Rupanya, harga jual yang terus naik membuat masyarakat beralih kembali ke premium. Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, permintaan premium naik sebesar 13,91% pada periode 1-16 Januari 2011. Pada awal tahun ini, harga Pertamax sebesar Rp 7.500 per liter. Namun, pada minggu ke dua Januari, harga Pertamax naik ke level Rp 7.850 per liter. "Memang ada kecederungan konsumsi premium naik dan melebihi kuota akibat naiknya harga Pertamax," kata Kepala Badan Pelaksana Hilir (BPH Migas), Tubagus haryono.

Untuk mengantisipasi ini, Tubagus mengatakan sudah mendapatkan surat instruksi dari Menteri ESDM. Isi surat tersebut ada tiga hal. Pertama, BPH Migas melakukan intensifikasi pengawasan dalam menjaga ketersediaan pasokan dan pendistribusian BBM. Kedua, mendorong agar BBM bersubsidi tepat sasaran. "Ketiga adalah mendorong peningkatan penggunaan BBM non subsidi," jelas Tubagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×