kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga acuan naik, pengusaha batubara masih pesimis


Senin, 14 Maret 2016 / 19:12 WIB
Harga acuan naik, pengusaha batubara masih pesimis


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) periode Maret 2016 sebesar US$ 51,62 per ton. Harga tersebut naik 1,37% dibandingkan HBA Februari kemarin sebesar US$ 50,92 per ton.

Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menilai kenaikan harga terlihat positif. Namun masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa harga batubara akan naik pada tahun ini.

"Kenaikan tersebut cukup positif. Ini bisa terlihat dari menguatnya saham beberapa emiten batubara di awal minggu lalu," terangnya kepada KONTAN, Senin (14/3).

Sama seperti Maret tahun lalu kata Hendra, kenaikan harga batubara pada kali ini karena dorongan demand industri yang mulai meningkat setelah penggunaan capital expeditur (capex). Jadi kenaikan ini tidak signifikan dan bisa jadi berpotensi turun lagi.

"Demand domestik belum signifikan di 2016, mungkin baru bisa terasa di 2018 keatas. Jadi untik saat ini saya pikir kontribusi kenaikan Demand domestik belum terlalu signifikan untuk dapat menahan harga. Kondisi over supply pasar global juga masih sangat berperan," tandasnya.

Pun demikian dengan pengusaha batubara, Presiden Direktur PT Pesona Katulistiwa (PKN), Jeffrey Mulyono menyatakan masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa harga batubara akan terus naik pada bulan berikutnya.

"Naiknya belum signifikan, hanya mempengaruhi tambang besar saja, kalau tambang kecil masih belum bisa survive," Ujar Jeffrey.

Oleh karena itu, Jeffrey meyakini pengusaha masih menahan tingkat produksinya dan bahkan menurunkan target.

"Kita (PKN) masih rugi dari harga yang sebelumnya. Target produksi kita malah diturunkan. Tahun 2015 itu 3,2 juta ton. Sementara di RKAB tahun ini 3 juta ton tapi secara fisik yang kita bisa lakukan hanya 2 juta ton tahun ini," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×