kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Harga anjlok, petani stop jual nilam


Rabu, 30 November 2011 / 09:30 WIB
ILUSTRASI. ATM Maybank


Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak nilam (Pogostemon cablin benth) terus merosot dalam beberapa bulan terakhir. Tak pelak, hal ini merugikan petani. Apalagi, mereka baru panen. Untuk menghindari kerugian, banyak petani yang memilih menyimpan minyak nilamnya dan menunggu harga kembali normal.

Meika Syahbana Rusli, Ketua Dewan Atsiri Indonesia, mengatakan, saat ini, harga minyak nilam menyentuh titik terendah tahun ini. Harga rata-rata minyak nilam di pasar dalam negeri pada bulan ini hanya Rp 350.000-Rp 375.000 per kilogram (kg).

Harga tersebut turun 12,5% dari rata-rata pada Oktober lalu Rp 400.000-Rp 450.000 per kg. Bahkan, banderol minyak nilam pada akhir tahun 2010 sempat menembus Rp 750.000 per kg. "Harga sekarang sudah tidak ideal bagi petani, normalnya Rp 400.000 per kg," jelas Meika, Selasa (29/11).

Menurut Meika, melemahnya harga itu karena pengaruh krisis di Eropa yang tidak kunjung selesai. Krisis itu menyebabkan permintaan minyak nilam dari Eropa melemah. Walhasil, stok minyak nilam di sentra-sentra produksi menumpuk.

Misalnya saja di Sulawesi yang stoknya saat ini mencapai 500 ton. Sulawesi merupakan produsen utama minyak nilam di Indonesia dengan kontribusi 60%. Sisanya, berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera.

Eropa merupakan salah satu pasar utama minyak nilam Indonesia. "Sebanyak 60% minyak nilam diekspor ke Eropa dan Amerika, 20% ke India, sedangkan 10% sisanya ke negara lain," terang Meika. Minyak nilam yang merupakan jenis minyak atsiri merupakan bahan baku industri kosmetik terutama parfum.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian (HS 33) ke Prancis pada September 2011 hanya US$ 1,22 juta, turun 32,88% dari Agustus 2011. Periode dan komoditas yang sama, ekspor ke Inggris juga anjlok 59,22% menjadi US$ 382.781.

Secara keseluruhan, volume ekspor komoditas itu sepanjang Januari-September 2011 hanya 66.742,46 ton. Itu anjlok 79,83% dari periode sama tahun 2010 yang mencapai 330.879 ton. Untung saja, harga mahal di awal tahun menyelemat ekspor ini. Secara nilai tetap naik 32,42% menjadi US$ 438,16 juta.

Antoni, pemilik UD Agronilam Jabar, Bandung, berkata, harga minyak nilam di wilayahnya malah lebih murah lagi. "Tinggal Rp 300.000 per kg," ujar Antoni, yang merupakan pengepul minyak nilam.

Kondisi itu merugikan petani dan pelaku bisnis minyak nilam. Antoni mengaku kesulitan mendapatkan minyak nilam dari petani. "Mereka (petani) tidak mau menjualnya," jelas Antoni.

Penjualan dari pengepul ke eksportir pun juga susah. Eksportir minyak nilam di Sulawesi ikut menghentikan penjualan karena tidak mau menanggung kerugian.

Tekan produksi

Antoni bilang, melemahnya harga tersebut bukan hanya sementara waktu saja. Menurutnya, tren penurunan harga akan terus berlangsung hingga periode mendatang. Ini mengingat, krisis utang Eropa yang tidak kunjung selesai dan berpotensi meluas.

Meika juga sependapat harga minyak akan semakin murah. "Paling tidak hingga pertengahan tahun depan, harga akan terus melandai," tandas Meika. Kenaikan itu baru terjadi pasca hasil panenan tahun ini habis.

Dewan Atsiri menghitung, total produksi minyak nilam tahun ini bakal mencapai 1.400-1.500 ton. Jumlah itu melebihi rata-rata produksi tahunan hanya 1.300 ton. Oleh karena itu, agar stok tidak menumpuk, Meika menghimbau pelaku usaha mengurangi kapasitas produksi.

Terlebih lagi, sekarang sudah banyak petani nilam yang beralih ke tanaman lain. "Petani di Sulawesi ada yang bertanam jagung dan sayur karena harga nilam terus turun," ujar Meika. Biasanya, petani baru kembali membudidayakan nilam saat harganya sudah normal lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×