kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga BBM berpeluang turun Rp 1.000 - Rp 1.500 per liter, begini perhitungannya


Senin, 20 April 2020 / 17:24 WIB
Harga BBM berpeluang turun Rp 1.000 - Rp 1.500 per liter, begini perhitungannya
ILUSTRASI. Petugas mengisi bahan bakar minyak?kendaraan di SPBU Pertamina, Bogor, Kamis (9/4). Pasokan BBM Pertamina untuk produk jenis?bensin seperti Premium, Pertalite, dan Pertamax dinyatakan aman di atas 22 hari atau selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) masih belum mengalami penurunan meskipun harga minyak mentah dunia sudah anjlok ke level di bawah US$ 20 per barel. Terlebih, di tengah pandemi corona seperti saat ini, sejumlah kalangan meminta supaya harga BBM bisa diturunkan.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, ada beberapa variabel pembentuk harga BBM dalam negeri. Yang paling utama, katanya, ialah harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Pertamina: Kuota solar akan habis di November 2019

Komaidi menjelaskan, berdasarkan simulasi yang dihitungnya, setiap penurunan harga minyak mentah US$ 1 per barel dengan asumsi nilai tukar yang tetap, maka harga BBM bisa turun dikisaran Rp 100 per liter. Sementara dari sisi kurs, setiap pelemahan nilai tukar Rp 100 per dolar Amerika Serikat (US$), maka sebaliknya, harga BBM bisa naik dikisaran Rp 100 per liter.

Merujuk pada simulasi tersebut, untuk periode Januari-Februari, harga minyak berdasarkan Indonesian Crude Price (ICP) rata-rata US$ 60 per barel atau turun tiga poin dari asumsi dalam APBN yang sebesar US$ 63 per barel. Sementara pada periode yang sama, nilai tukar menguat Rp 650 per US$ atau menguat 6,5 poin.

"Nah selisihnya 3,5 poin. Jadi 3,5 x 100 adalah Rp 350. Harga BBM di Januari-Februari seharusnya naik Rp 350 per liter," jelas Komaidi kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).

Baca Juga: Dana kompensasi kenaikan BBM Rp 20 triliun

Namun, kondisinya berbeda saat ini. Dengan simulasi yang sama berdasarkan pergerakan harga minyak dan nilai tukar, Komaidi menilai ada ruang penurunan harga BBM pada periode Maret dan April. "Hitungan kami ruang penurunan dikisaran Rp 1.000-Rp 1.500 per liternya. Mirip-mirip untuk subsidi dan non-subsidi," ungkap Komaidi.

Lebih lanjut, menurut Komaidi, ruang penurunan harga juga terbuka pada produk Liquified Petroleum Gas (LPG). Meski belum melakukan simulasi perhitungan sebagaimana BBM, namun Komaidi melihat ruang penurunan harga LPG lebih sempit ketimbang BBM.

"LPG kondisinya mirip BBM, karena sebagian besar impor. Harus dihitung selisih dampak penurunan harga bahan baku dan dampak nilai tukar. Tetap ada ruang untuk turun, mungkin besarannya juga tidak terlalu besar," terangnya.

Baca Juga: Biaya akan naik, para petani pasti menjerit

Dalam catatan Kontan.co.id, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Senin (20/4) siang untuk kontrak pengiriman Mei 2020 di Nymex berada di level US$ 14,99 per barel. Level tersebut mengalami penurunan hingga 17,95% dibanding akhir pekan lalu, sekaligus menjadikan level terendah harga minyak WTI dalam dua dekade terakhir.

Adapun, ICP Maret 2020 anjlok ke angka US$ 34,23 per barel. ICP Maret turun sebesar US$ 22,38 per barel atau 39,53% dari ICP Februari 2020 yang masih berada di angka US$ 56,61 per barel. Sementara itu, nilai tukar Rupiah di pasar spot pada Senin (20/4) tercatat di angka Rp 15.465 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×