Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menanggapi dampak kenaikan harga BBM subsidi dan non subsidi terhadap industri makanan dan minuman nasional.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menyampaikan, kenaikan harga BBM akan langsung berpengaruh terhadap sektor industri logistik yang pada akhirnya berefek domino pada industri mamin.
“Hitungan saya kenaikan BBM hanya berdampak pada penambahan biaya sekitar 1%--2% di logistik,” imbuh dia ketika ditemui Kontan belum lama ini.
Dari situ, diharapkan para pelaku industri mamin bisa terus melakukan efisiensi. Apalagi, terdapat faktor pendukung bahwa harga komoditas terkait bahan baku pangan sudah mulai menunjukkan penurunan.
Baca Juga: Sri Mulyani: Pilihan Menaikkan Harga BBM adalah Opsi Terakhir
Lantas, Gapmmi menyebut bahwa para pelaku industri mamin berskala menengah besar untuk sementara waktu mempertimbangkan tidak menaikkan harga jual produknya ke konsumen. Ini mengingat daya beli masyarakat masih belum stabil di sepanjang tahun 2022.
Adapun konsekuensi dari kebijakan bisnis tersebut adalah margin dan profitabilitas perusahaan-perusahaan mamin menengah besar akan berkurang.
“Cukup repot bagi pelaku industri menengah besar untuk menyesuaikan harga, karena harus negosiasi dulu dengan retailer dan banyak persiapannya, tidak bisa mendadak. Industri itu tidak bisa seenaknya naik-turunkan harga sewaktu-waktu,” ungkap Adhi.
Sebaliknya, industri mamin kecil atau level UMKM dinilai memiliki daya tahan yang lebih rentan ketika harga BBM naik. Apalagi, pelaku pelaku industri kecil biasanya tidak memiliki kontrak pembelian bahan baku secara jangka panjang dan persiapan antisipasi terhadap kenaikan harga BBM yang matang.
Alhasil, ketika harga-harga barang mulai naik, pelaku industri mamin skala kecil lebih berpeluang untuk melakukan penyesuaian harga jual ataupun mengubah ukuran produknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News