Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Anjloknya harga garam rakyat yang terjadi sejak tahun 2019 hingga sekarang membuat para petambak garam harus mengencangkan ikat pinggang.
Akibat kondisi itu, sebagian petambak di wilayah Jawa Timur bahkan memilih untuk menyimpan garam di gudang, daripada harus menjualnya dengan harga yang rendah.
Baca Juga: Masih rugikan petani lokal, tata kelola garam perlu dibenahi
Seperti diketahui, sejak memasuki periode musim penghujan akhir tahun 2019 hingga saat ini harga garam rakyat hanya di angka Rp 150 per kilogram (kg).
Harga jual itu anjlok jika dibandingkan periode Juni 2019 yang mencapai harga Rp 500 per kg. Menyikapi kondisi itu, Anggota DPR Achmad Baidowi mengaku akan meneruskan temuan dan keluhan petambak itu kepada pemerintah.
Pasalnya, kondisi para petambak garam dan industri garam dalam negeri saat ini dianggap sangat memprihatinkan. Di gudang penyimpanan garam milik PT Garam misalnya, dikatakan, ada sebanyak 450.000 ton garam di gudang tidak terjual.
Termasuk garam rakyat ada sebanyak 180.000 ton tidak terjual, akibat harga anjlok dan tidak laku di pasaran. Ia menilai, kondisi itu terjadi karena dampak dari impor garam yang dilakukan pemerintah Indonesia pada 2019 yang dianggap sangat terbuka.
Baca Juga: Tiga alasan mengapa mi instan berbahaya bagi kesehatan
Hal ini mengakibatkan antara ketersediaan barang dan permintaan di pasar dalam negeri tidak seimbang.
"Kami akan rekomendasikan kepada pemerintah agar tahun ini impor garam harus dikontrol super ketat. Kasihan garam rakyat dan garam milik pemerintah tidak terjual dan harganya anjlok," ungkap Baidowi.