Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
“Kalau kebutuhan ini dikalikan dengan harga ini, kalau implementasi ini bisa berjalan, maka akan terjadi penghematan US$ 47 juta - US$ 81 juta per tahun, jadi cukup besar,” kata Rapolo dalam acara yang sama (19/02).
Seiring dengan adanya potensi penghematan ini, Rapolo membidik kenaikan utilisasi dari yang semula berkisar 70%-80% menjadi 90%-95% dari total kapasitas terpasang sebesar 11,3 juta ton per tahun.
Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Eddy Suyanto berujar kebijakan penurunan harga gas industri akan meringankan beban biaya produksi yang selama ini ditanggung oleh pelaku industri keramik.
Baca Juga: Gandeng KKKS, SKK Migas lakukan standardisasi dan kodifikasi material persediaan
Terlebih, biaya gas dalam struktur biaya produksi gas industri keramik memiliki porsi yang tidak sedikit, yaitu berkisar 30%-35% dari total biaya produksi.
“Asaki optimis langkah yang diambil pemerintah akan memberikan multiplier effect di mana industri akan secara bertahap meningkatkan tingkat utilisasi dari 65% ke angka 95%,” kata Edy ketika dihubungi oleh Kontan.co.id pada Selasa (18/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News