kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,99   -4,31   -0.48%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga gas dijanjikan turun, pelaku industri ramai-ramai tingkatkan utilisasi


Rabu, 19 Februari 2020 / 18:46 WIB
Harga gas dijanjikan turun, pelaku industri ramai-ramai tingkatkan utilisasi
ILUSTRASI. Pelaku industri tengah menantikan implementasi Perpres Nomor 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri tengah menantikan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Penurunan harga gas industri ke level US$ 6 per mmbtu dinilai mampu memberikan potensi penghematan sehingga dapat mengerek utilisasi produksi industri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan penurunan harga gas industri ke level US$ 6 per mmbtu bisa mengerek tingkat keterpakaian alias utilisasi kapasitas produksi anggota asosiasi mengerek sekitar 10%.

Baca Juga: Apolin sebut penurunan harga gas industri bisa kerek utilisasi hingga 95%

Menurut Fajar, sebelumnya volume produksi anggota Inaplas umumnya berada di bawah 2,4 juta ton per tahun atau setara dengan sekitar 85%. Hal ini dikarenakan adanya siklus penurunan produksi pada waktu-waktu tertentu ketika harga produk mengalami penurunan.

Hal ini terpaksa dilakukan sebagai upaya penghematan mengingat bahwa sebelumnya beban-beban biaya seperti biaya pembelian bahan baku, listrik dan gas tidak bisa dipangkas. “Dengan adanya harga gas turun juga pas harga lagi turun kita bisa mempertahankan utilitas,” jelas Fajar, Rabu (19/02).

Hadir di acara yang sama,  Ketua Asosiasi Produsen Olechemical Indonesia (Apolin), Rapolo Hutabarat mengatakan bahwa penurunan gas industri ke level US$ 6 per mmbtu bisa memberikan potensi penghematan sebesar US$ 47 juta - US$ 81 juta per tahunnya.

Menurut penjelasan Rapolo, kebutuhan gas anggota asosiasi berkisar 11,9 juta - 13,7 juta mmbtu setiap tahunnya. Sementara, harga yang dijumpai di pasaran berkisar US$ 10 per mmbtu hingga US$ 11,8 per mmbtu.

Baca Juga: Jadi proyek strategis nasional, Kementerian ESDM pantau proyek PLTP Sorik Marapi

“Kalau kebutuhan ini dikalikan dengan harga ini, kalau implementasi ini bisa berjalan, maka akan terjadi penghematan US$ 47 juta - US$ 81 juta per tahun, jadi cukup besar,” kata Rapolo dalam acara yang sama (19/02).

Seiring dengan adanya potensi penghematan ini, Rapolo membidik kenaikan utilisasi dari yang semula berkisar 70%-80% menjadi 90%-95% dari total kapasitas terpasang sebesar 11,3 juta ton per tahun.

Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Eddy Suyanto berujar kebijakan penurunan harga gas industri akan meringankan beban biaya produksi yang selama ini ditanggung oleh pelaku industri keramik. 

Baca Juga: Gandeng KKKS, SKK Migas lakukan standardisasi dan kodifikasi material persediaan

Terlebih, biaya gas dalam struktur biaya produksi gas industri keramik memiliki porsi yang tidak sedikit, yaitu berkisar 30%-35% dari total biaya produksi. 

“Asaki optimis langkah yang diambil pemerintah akan memberikan multiplier effect di mana industri akan secara bertahap meningkatkan tingkat utilisasi dari 65% ke angka 95%,” kata Edy ketika dihubungi oleh Kontan.co.id pada Selasa (18/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×