kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga gas turun, tarif PLN menukik


Kamis, 20 Oktober 2016 / 10:36 WIB
Harga gas turun, tarif PLN menukik


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap menurunkan tarif listrik untuk industri, andaikan pemerintah menurunkan harga gas untuk PLN.  Saat ini harga gas merupakan komponen yang krusial untuk pembangkit listrik tenaga gas. Bila harga gas kompetitif, imbasnya PLN bisa menyesuaikan harga listrik bagi industri. 

I Made Suprateka, Kepala Unit Komunikasi Perusahaan PLN, menyatakan, komponen biaya bahan bakar itu akan sangat menentukan tarif listrik PLN. Kebutuhan bahan bakar energi yang sangat murah diperlukan oleh PLN, termasuk harga gas. 

Ia mengatakan, langkah pemerintah untuk memberlakukan single pricing bagi BBM di Provinsi Papua Barat dan Papua menjadi angin segar. Selama ini harga BBM di provinsi paling timur Indonesia itu sangat mahal dan tidak kompetitif.

Dia mengungkapkan, tidak hanya BBM, pemerintah juga perlu memberikan suplai gas dengan harga kompetitif. "Dengan penurunan harga yang menjadi biaya bahan bakar, dengan sendirinya tarif listrik akan turun," kata dia.

Saat ini tarif dasar listrik untuk industri mencapai US$ 10 sen per kwh dan itu tergolong mahal untuk di kawasan. Menurut Made, jika PLN bisa mendapatkan harga gas yang lebih baik dan penggunaannya maksimal, komposisi bauran energi lebih baik. "Tujuannya cost blended yang ada secara per kwh bisa turun, jadi biaya pokok produksi kami bisa turun," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (19/10).

Dampak Pemberlakuan single pricing BBM di Papua, itu akan menurunkan cost. PLN bisa menggunakan selisih biaya tersebut untuk menambah infrastruktur listrik.

Kebutuhan gas pembangkit PLN dan  independent power producer (IPP) dari tahun 2016-2025 mencapai 27.571 billion british thermal unit per day (bbtud). Pasokan diharapkan dari Train III Tangguh, Bontang, dan Natuna.

Benny Soetrisno, Ketua Dewan Pembinaan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan, saat ini dari sisi biaya manufaktur, komponen harga gas dan tarif dasar listrik di industri hulu bisa mencapai 60%. Sedangkan di midstream bisa 40%

Ia membandingkan dengan negara lain. Saat ini tarif listrik di Vietnam hanya US$ 6 sen per kwh sedangkan Indonesia masih di level US$ 10 sen  per kwh. Bukan cuma tarif listrik, harga gas di Vietnam juga lebih murah, yakni hanya US$ 6 per kwh. 

Bahkan Singapura yang mendapat suplai gas dari Indonesia, bisa menjual lebih murah dibandingkan harga gas  Indonesia. "Tarif dasar listrik itu seharusnya bisa US$ 7 sen per Kwh," ujarnya.

Achmad Safiun, Ketua Umum Asosiasi Industri Pengecoran Logam (Aplindo) mengatakan, penurunan harga gas dan listrik bagi industri akan menjadi daya tarik bagi investor. Ini akan mendorong industri manufaktur kembali bergairah. Investor akan melihat ini sebagai peluang masuk ke industri. 

Selama 10 tahun berturut-turut, kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB) terus menurun, "Akhir triwulan kedua tahun ini tingga 20,84% terhadap PDB, artinya tidak bisa menyerap tenaga kerja, malah pengurangan tenaga kerja," ujar Safiun.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×