kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.921   9,00   0,06%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Harga Gula Rafinasi Naik 30%, Industri Mamin Akan Naikkan Harga Produk?


Senin, 14 Agustus 2023 / 15:24 WIB
Harga Gula Rafinasi Naik 30%, Industri Mamin Akan Naikkan Harga Produk?
ILUSTRASI. Buruh angkut memindahkan karung berisi gula rafinasi yang akan dikirim melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (10/8/2020). Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan stok gula nasional akan mencukupi hingga akhir 2020. Kecukupan stok gula nasional tersebut bakal terwujud jika memaksimalkan serapan gula di musim giling dan memperbaiki pola distribusi untuk menghindari konsumen terpaksa membeli gula di atas harga eceran tertinggi (HET) sejak awal 2020. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kenaikan harga gula rafinasi membuat sektor industri makanan dan minuman (mamin) harus memutar otak agar bisa tetap mempertahankan konsumen tanpa harus menaikan harga produk.

Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi Lukman, kenaikan gula rafinasi diperkirakan hingga 30% dan cukup berdampak bagi industri makanan dan minuman. 

“Gula (rafinasi) kalau dihitung perkiraan itu naiknya 30-an%. Dan ini cukup besar dampaknya untuk produk-produk industri yang pakai gula,” katanya saat ditemui dalam acara ‘Indonesia Retail Summit–Indonesia Retail Expo–Hari Belanja Diskon Indonesia–Hari Retail Modern Indonesia’ yang diselenggarakan di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Senin (14/08).

Baca Juga: 5 Makanan yang Dihindari Penderita Sinusitis, Cek Pantangannya

Untuk diketahui, berdasarkan Permenperin Nomor 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersediaan Bahan Baku Industri Gula Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional.

Gula yang digunakan dalam industri termasuk industri makan dan minum harus merupakan gula rafinasi. Sedangkan gula tebu digunakan sebagai gula konsumsi. 

Adhi mengatakan sampai saat ini gula rafinasi yang digunakan industri mamin masih 100% impor.

“Karena kita pakai gula kristal rafinasi dan 100% impor. Kita tidak boleh pakai gula kristal putih yang dari lokal kalau untuk Industri,” ungkapnya. 

Terkait pasokan gula, Adhi sebenarnya tak khawatir karena menurutnya perusahaan-perusahaan besar biasanya sudah ada kontrak hingga akhir tahun, sebelum adanya kenaikan harga.

Baca Juga: Gejolak Terjadi di Thailand Saat Pita Digagalkan Jadi Perdana Menteri

Kemudian terkait kenaikan harga produk sebagai efek domino dari kenaikan harga gula rafinasi, Adhi mengatakan para produsen masih akan berpikir dua kali meskipun harga bahan baku melonjak naik.

“Kalau industri itu mau menaikan harga, prosesnya panjang, harus diskusi dengan distributor, dengan retail. Biasanya menaikan harga itu di awal atau di akhir tahun,” katanya. 

Namun kata dia, sekalipun harga produk naik, nantinya tidak bisa sebesar kenaikan harga bahan baku karena adanya pertimbangan melihat daya beli masyarakat. 

“Kalau naiknya terlalu tinggi. Biasanya consumer goods kalau naik 5% saja sudah tinggi. Biasanya kenaikan di kisaran 3%-4% saja, padahal kalau dibandingkan gula naiknya saja sampai 30%,” ungkapnya. 

Baca Juga: Kinerja Industri Mamin Akan Terdongkrak oleh Faktor Endemi dan Tahun Politik

Ia kemudian mencontohkan efek ini misalnya kepada produsen sirup. Dimana 60% bahan baku adalah gula. Berarti seharusnya bisa menaikan 18% harga produknya akibat kenaikan harga gula rafinasi. 

“Ya, kalau seperti ini tidak bisa. Kalau naik terlalu tinggi ya konsumennya akan lari,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×