kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga jagung meroket lampaui batas acuan


Minggu, 18 September 2016 / 21:06 WIB
Harga jagung meroket lampaui batas acuan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kebijakan pemerintah menutup impor jagung mulai berdampak pada industri pakan ternak dalam negeri. Sebab industri pakan ternak merupakan pemakai terbesar jagung untuk mencampur pakan ternak yang proporsinya mencapai 50% dari seluruh kebutuhan pakan ternak.

Saat ini, harga jagung di tingkat petani sudah melampaui batas acuan terendah yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 3.150 per kilogram (kg). Rata-rata harga jagung di tingkat petani sudah mencapai antara Rp 3.800- Rp 4.000 per kg dengan kadar air 15% dan harga jagung di pabrik pakan sudah berada di kisaran Rp 4.100 - Rp 4.300 per kg dengan kadar air sama.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan seharusnya batas atas harga jagung itu sebesar Rp 3.750 per kg di level petani. Dengan harga yang saat ini mencapai 4.300 per kg itu sudah termasuk mahal.

"Sebab idealnya, harga jagung itu Rp 3.900 - Rp 4.000 per kg dengan harga ini petani sudah untung dan sejahtera," ujar Desianto kepada KONTAN, Minggu (18/9).

Desianto menjelaskan kenaikan harga jagung itu tak terlepas dari berkurangnya stok jagung di pasaran. Sementara itu, industri pakan terus membutuhkan jagung untuk bahan pakan. Karena stok jagung kurang, maka industri menggunakan produk substitusi yakni gandum.

Setelah ada kebijakan pembatasan impor jagung, industri rata-rata menggunakan gandum sebanyak 20% hingga 30% dari kebutuhan pakan ternak. "Padahal sebelumnya pemakaian gandum sangat kecil," terang Desianto.

Menurut Desianto, Industri pakan ternak mendukung kebijakan pemerintah menyiapkan lahan tanam jagung baru seluas 700.000 an hektare. Bila lahan ini berproduksi maka ada tambahan produksi jagung sebanyak 4,2 juta ton.

Artinya produksi tambahan ini sudah menutupi kebutuhan impor yang dalam dua tahun terakhir rata-rata 3 juta ton per tahun diimpor. Sebagai perbandingan, kebutuhan jagung GPMT setiap tahun mencapai 8 juta ton. Tapi ini masih proyeksi dan belum bisa menjadi jaminan kebutuhan pakan ternak nasional karena belum ada hasilnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×