kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Kakao Dunia Melambung, Begini Tanggapan Askindo


Kamis, 04 April 2024 / 18:28 WIB
Harga Kakao Dunia Melambung, Begini Tanggapan Askindo
ILUSTRASI. Harga kakao di dunia melonjak signifikan sepanjang tahun 2024


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kakao di dunia melonjak signifikan sepanjang tahun 2024. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan kakao sejak awal 2024. 

Merujuk pemberitaan KONTAN sebelumnya, penyebab utama kelangkaan pasokan kakao ini lantaran adanya krisis panen di Pantai Gading dan Ghana sebagai negara penghasil utama kakao dunia. 

Melansir Trading Economics, harga kakao berjangka sudah menyentuh angka US$ 9.259 per ton pada awal April 2024. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, sudah terjadi lonjakan sebanyak 124,13% dari sebelumnya US$ 4.131 per ton di bulan Januari 2024. 

Baca Juga: Harga Kakao Dunia Cetak Rekor Tertinggi, Beban Emiten Produsen Cokelat Berat

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto menyatakan bahwa Askindo menilai, kondisi ini akan berpengaruh kepada kinerja industri pengolahan kakao, karena pada dasarnya sektor kakao mengikuti harga pasar dunia. 

Namun demikian, di satu sisi, naiknya harga kakao global ini juga menjadi peluang bagi para petani kakao lokal untuk dapat meningkatkan produktivitas mereka dalam memproduksi biji kakao di Indonesia. 

“Peran dan dukungan Pemerintah serta kerja sama dengan semua pihak menjadi sangat penting untuk mendukung petani kakao,” ungkap Arief, kepada Kontan.co.id, Rabu (3/4). 

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memproduksi biji kakao sebanyak 650.612 ton sepanjang 2022. Volume ini turun 5,46% year on year (YoY) dibandingkan dengan produksi tahun 2021.

Adapun, berdasarkan provinsi, 20,11% kakao Indonesia dihasilkan di Sulawesi Tengah, 16,8% di Sulawesi Tenggara, 13,36% di Sulawesi Selatan, 10,73% di Sulawesi Barat, 7,41% di Lampung, dan 32,31% di Provinsi lainnya. 

Baca Juga: Kenali 5 Manfaat Biji Kakao untuk Kesehatan Tubuh

Dihubungi secara terpisah, Ekonom Indef Nailul Huda berpendapat hal serupa. Menurutnya,  jika jeli melihat peluang ini, Indonesia bisa memperluas lahan tanam kakao. 

“Jangan tanam singkong tumbuh jagung saja, tapi bisa juga kakao,” imbuhnya. 

Dia juga melihat bahwa gejolak harga kakao dunia ini berada di jangka pendek mengingat ketika supply menumpuk dan demand berkurang, maka harga akan kembali ke angka normal dalam jangka menengah. 

“Maka saya lihat pada titik harga tertentu, harga akan kembali turun,” sebut Nailul. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×