Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kedelai di Lampung tercatat relatif stabil, berkisar Rp9.400–Rp9.500 per kilogram, sehingga perajin tahu dan tempe di provinsi ini masih mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku utama.
Adapun berdasarkan Harga kedelai lokal menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 27 Oktober 2025 adalah Rp 9.306 per kg. Harga ini mengalami kenaikan dari tanggal 21 Oktober 2025 yang tercatat Rp 8.923 per kg. Harga Kedelai Lokal (per 27 Oktober 2025): Rp 9.306 per kg.
Menurut Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suragala, harga tersebut normal dan wajar, meski ada sedikit kenaikan harga kedelai di tingkat importir beberapa hari terakhir akibat pasar global.
"Diharapkan sampai akhir tahun 2025 tidak terjadi gejolak kenaikan harga yang terlalu tajam, sehingga para perajin tempe dan tahu nasional bisa tetap berproduksi dan mendapatkan keuntungan,” kata Hidayat dalam keterangannya kepada Kontan Rabu (29/10).
Baca Juga: Industri Parkir Kian Padat Pemain, Tapi Keuntungannya Masih Dikuasai Pemilik Gedung
Ketersediaan stok kedelai untuk perajin juga relatif aman, dengan pasokan nasional mencukupi kebutuhan sekitar 220.000–250.000 ton per bulan. Permintaan kedelai nasional dalam lima tahun terakhir tercatat stagnan di kisaran 2,6–3 juta ton per tahun.
Para perajin di Lampung menegaskan kualitas kedelai impor lebih unggul dibanding kedelai lokal. Sendi Ferdian, perajin tahu tempe di Bandar Lampung, mengatakan harga kedelai saat ini masih stabil di Rp9.400/kg dan ia tetap memilih kedelai impor meski harga kedelai lokal lebih murah.
"Kalau pun kedelai lokal lebih murah, kami tetap pilih yang impor karena hasilnya lebih bagus,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Amuh, perajin tahu di Bandar Lampung, yang menyebut harga kedelai impor saat ini Rp9.500/kg, turun dari Rp12.000/kg tahun lalu. Ia menekankan kenaikan harga kedelai bisa langsung memengaruhi penghasilan perajin, namun menaikkan harga jual produk bukanlah solusi karena daya beli masyarakat menurun.
Distributor kedelai juga mencatat penurunan volume pembelian. Umiati, distributor di Lampung Selatan, mengatakan, "Dulu sembilan ton habis 25 hari, sekarang enam ton bisa sebulan. Stok aman, tapi pembelian berkurang karena banyak pedagang keliling dengan kualitas kedelai tak terjamin.”
Bintang Bayu, Ketua Paguyuban Tahu Tempe Dusun 3 Desa Purwodadi Dalam, menambahkan, meski harga kedelai stabil dan pasokan lancar, produksi tahu tempe di daerahnya menurun akibat masuknya produk dari luar daerah yang menawarkan harga lebih murah. “Sekarang produksi turun karena banyak produk dari luar daerah masuk ke pasar sini,” ujarnya.
Baca Juga: IPC TPK Panjang Catat Pertumbuhan Trafik 27,69% hingga September 2025
Selanjutnya: OJK Cabut Izin Usaha BPR Nagajayaraya Sentrasentosa
Menarik Dibaca: 8 Tontonan Teka-Teki Netflix Penuh Misteri Menguji Logika
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












