Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia masih sangat bergantung pada impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suralaga mengungkapkan, hingga Juli 2025 realisasi impor kedelai telah mencapai 1,47 juta ton dengan nilai US$ 679 juta.
“Impor kedelai terpaksa dilakukan karena produksi nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (16/9/2025).
Ia menambahkan, kedelai merupakan komoditas yang diperdagangkan bebas mengikuti mekanisme pasar, sehingga tidak ada kuota atau larangan terbatas (lartas) yang diterapkan pemerintah.
Baca Juga: Permintaan Naik, Produksi Tahu-Tempe Diperkirakan Tumbuh 10%
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2024 Indonesia mengimpor 2,67 juta ton kedelai dengan nilai US$ 1,4 miliar. Angka ini meningkat sekitar 17% dibandingkan tahun sebelumnya.
Mayoritas pasokan kedelai impor berasal dari Amerika Serikat (AS) dengan porsi sekitar 88% atau setara 2,37 juta ton. Sisanya berasal dari Kanada sebesar 0,26 juta ton dan Argentina 0,02 juta ton.
Hidayat menjelaskan, dalam hubungan dagang dengan AS, Indonesia tidak mengenakan tarif retaliasi untuk produk pertanian. Saat ini, kedelai impor dikenakan tarif Most Favoured Nation (MFN) sebesar 0%.
Meski begitu, AS terus mendorong peningkatan impor produk pertanian mereka ke Indonesia, seperti gandum, kedelai, dan kapas, dengan target mencapai nilai US$ 4,5 miliar. Dorongan ini muncul seiring kebijakan tarif resiprokal 19% yang diberlakukan AS.
“Dengan AS masih menjadi pemasok utama kedelai Indonesia, opsi diversifikasi impor dari negara lain bisa saja namun cukup terbatas,” tandas Hidayat.
Baca Juga: Bos Danantara Sebut RI Bakal Tambah Kepemilikan Saham Freeport 12%
Selanjutnya: Dolar AS Loyo, Harga Emas Pecah Rekor Lagi
Menarik Dibaca: BMKG Deteksi 2 Bibit Siklon Tropis yang Berdampak Hujan Lebat di Provinsi Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News