Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini
NEW YORK. Akibat bursa saham runtuh, bursa komoditi pun ikut terperosok. Komoditi yang memimpin kejatuhan adalah minyak dan perak, alhasil bursa komoditi melemah menuju level terendahnya sejak 2009.
Indeks The Standard & Poor's GSCI yang melingkupi 24 komoditi dunia ini terpeleset 6,5% pada pukul 16:32 waktu setempat. Selama seminggu, bursa komoditi di New York ini telah luruh 9,9%.
Lihat saja, penurunan minyak sebesar 8,6% menjadi yang terburuk sejak dua tahun terakhir ke level US$ 99,80 per barel. Sementara harga perak turun 8%, melanjutkan penurunan terbesar dalam empat hari sejak 1983 menuju penurunan 25%.
"Terjadi kepanikan di pasar. Bukan karena krisis finansial dunia, tapi karena terjadi perpindahan likuiditas klasik di dalam perdagangan yang sedikit kisruh," ujar Michael Shaoul," Presiden Direktur Marketfield Asset Management.
Bursa berjangka untuk minyak brent, minyak mentah, dan minyak alami terperosok lebih dari 6,9% hari ini (6/5). Minyak mentah turun di bawah US$ 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 17 Maret 2011.
Lantas, bursa berjangka untuk perak melemah 3,3%, dan terjun di bawah harga US$ 4 per pound untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir. Dan untuk komoditi pertanian seperti kakao, kapas, jagung telah melemah lebih dari 2,3% di bursa berjangka.
Luruhnya bursa komoditi karena investor sedang melakukan posisi jual. Maklum, sejak awal tahun bursa komoditi telah naik sebesar 23%. Beberapa komoditi yang berkontribusi terhadap kenaikan bursa komoditi adalah perak, minyak, kopi dan kapas.
Pada penutupan saham, S&P melemah 0,9% dan memperpanjang penurunan dalam empat hari terakhir. Saham-saham energi dan otomotif menjadi penyebab melorotnya bursa saham. Sebut saja, saham Newmont Mining Corp. dan Chevron Corp. (CVX) terpangkas 1,9% serta saham General Motors Co. (GM) turun 3,1% setelah keluarnya data penjualan di China yang melorot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News