Reporter: Ranimay Syarah, Azis Husaini, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan soal harga plus pinalti Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh yang dibebankan ke Kansai Electic Power asal Jepang. Namun, jatah eks Sempra Energy LNG Corp asal Amerika Serikat dari Blok Tangguh sebanyak 3,7 juta ton per tahun tidak bakal seluruhnya diberikan ke Kansai pada tahun depan.
Sebelumnya, KONTAN, Minggu (22/12) menulis, pinalti yang dikenakan ke Sempra karena memutuskan kontrak pembelian LNG Tangguh akan dibayar Kansai selama sisa kontrak Sempra, yakni 22 tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menuturkan, tahun depan jatah eks Sempra tidak akan dialihkan 100% ke Kansai lantaran domestik masih membutuhkan LNG.
Jero mengakui, sulit mengubah kontrak-kontrak lama, sehingga memang masih ada ekspor untuk Train I dan II LNG tangguh. "Tetapi untuk Train III Tangguh, saya berhasil negosiasi BP supaya 40% diberikan ke domestik," ungkap dia, Senin (23/12).
Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro, menegaskan, LNG Tangguh eks Sempra tidak seluruhnya dikirim ke Jepang, Rinciannya seperti ini, komitmen ke Kansai mulai 2014 hingga 2017 sebanyak 4 kargo per tahun (1 kargo Kilang Tangguh biasanya berisi 120.000 ton LNG), lalu 2018 sampai 2022 sebanyak 8 kargo per tahun. Dan selama 2023-2035, sebanyak 16 kargo atau 1 million tonnes per annum (mtpa).
Dia menyatakan, alasan LNG Tangguh dialihkan ke Kansai adalah mencegah kapasitas produksi LNG Tangguh membludak, alias over capacity akibat ditinggalkan pembeli lama. yakni Sempra Energy. "Ini semua karena kondisi, kalau mbludak bagaimana? Kan produksi berjalan terus tapi tidak ada yang menampung?," tutur Edy. Tak lupa dia menambahkan, harga jual ke Kansai bagus.
Dia menjabarkan, harga plus pinalti yang bakal dibebankan ke Kansai itu totalnya sekitar US$ 16 per mmbtu. "Kalau harga terakhir itu yang saya tahu ke Kansai US$ 14,25 per mmbtu," ujar dia, sementara untuk pinalti yang dibebankan ke Kansai Energy sebesar US$ 1,75 per mmbtu.
Sementara itu, Elan Biantoro, Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendukung langkah pemerintah untuk menjual LNG Tangguh jatah Sempra ke Kansai Electric Power. "Harga yang ditawarkan Kansai cocok, yakni
US$ 16 per mmbtu," ujar dia.
Tambah FSRU
Pengamat minyak dan gas (migas), John Karamoy, mengatakan pengalihan alokasi LNG Tangguh dari Sempra ke Kansai dilatarbelakangi oleh harga LNG Tangguh yang terlalu tinggi bagi Sempra.
Dengan aksi tersebut, kata John, Sempra ingin mengirim pesan ke Indonesia, jika pemerintah menetapkan harga LNG yang terlalu tinggi, maka Sempra bisa mencari LNG dari sumber shale gas di Amerika Serikat dengan harga yang lebih murah.
Meskipun dalam kenyataannya, kata John, di Amerika Serikat saat ini belum ada pabrik pengolahan LNG dalam kapasitas skala besar, yang ada hanya mini LNG. Kansai sendiri, menurut John merupakan pembeli gas terbesar asal Jepang yang selama ini membeli gas dari LNG Bontang dan LNG Arun.
Sementara itu, mengapa tidak dialihkan ke domestik, katanya, karena kapasitas penyimpanan di FSRU Jabar masih terbatas. "Jadi pemerintah harus menambah jumlah FSRU," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News