kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga loyo, pengeboran minyak mampet


Kamis, 19 Mei 2016 / 14:41 WIB
Harga loyo, pengeboran minyak mampet


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Indonesia selalu dianggap negara yang kaya akan minyak dan gas (migas). Namun mirisnya dalam 15 tahun terakhir di Indonesia tidak ada satu pun penemuan cadangan gas yang cukup besar seperti Blok Mahakam.

Ngatijan, Kepala Divisi Survey dan Pemboran SKK Migas menyebut, dalam 10 tahun terakhir hanya ada penemuan cadangan migas yang cukup besar di Blok Cepu oleh ExxonMobil.

Sementara itu upaya penemuan cadangan migas lainnya hanya berhasil menemukan cadangan migas kecil.  "Dua tahun yang lalu, di Laut dalam di Selat Makassar antara Kalimantan dan Sulawesi, ada eksplorasi oleh beberapa KKKS. Namun sayangnya dry hole ada di laut dalam," ujar Ngatijan pada Rabu (18/5).

Padahal, menurut Ngatijan, biaya untuk mengebor satu sumur eksplorasi di laut dalam cukup tinggi hingga mencapai US$ 100 juta. Biaya tersebut pun ditanggung seluruhnya oleh KKKS. Untuk itu, Ngatijan menyebut, belum ada upaya dari KKKS untuk bisa menemukan cadangan yang besar. Masalahnya untuk bisa menemukan cadangan migas baru dibutuhkan pengeboran yang membutuhkan biaya mahal dan perizinan yang sulit didapat.

Maka tidak heran jika hingga saat ini, jumlah aktivitas pengeboran eksplorasi masih sangat sedikit. Untuk tahun 2016 saja, SKK Migas menargetkan adanya pengeboran eksploitasi 149 sumur. Namun hingga Mei 2016, baru ada aktivitas pengeboran eksplorasi 16 sumur.

Ngatijan pun pesimistis target pengeboran eksplorasi pada tahun ini bisa tercapai karena setiap tahun, pengeboran eksplorasi hanya mencapai 35% dari target Work Program & Budget (WP&B).

Apalagi harga minyak mentah dunia yang masih tertekan saat ini akan membuat aktivitas pengeboran eksplorasi semakin menurun. Untuk itu, Ngatijan berharap ke depannya KKKS tidak lagi menggantungkan aktivitas eksplorasi dengan kondisi harga minyak.

"Karena kalau harga minyak rendah, semua layanan pendukung jadi lebih murah. Nah, ketika layanan murah, biaya sekali bor per sumur lebih murah. Tapi sayangnya kekuatan finansial KKKS eksplorasi tidak terlalu kuat sehingga belum bisa manfaatkan peluang harga layanan yang rendah," jelas Ngatijan.

Sejauh ini, pun SKK Migas hanya mencatat sedikit KKKS yang telah melakukan pengeboran eksplorasi seperti Santos untuk blok Ande-Ande Lumut. Sementara itu, perusahaan plat merah seperti Pertamina justru juga menurunkan kegiatan pengeboran eksplorasinya.
 
Kepala Puskom ESDM, Sujatmiko bilang, pemerintah berupaya untuk mengintensifkan kegiatan eksplorasi dengan menambah anggaran untuk survei dan eksplorasi. "Juga dengan penguatan data di lokasi migas," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×