kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   21,00   0,13%
  • IDX 6.944   39,53   0,57%
  • KOMPAS100 1.011   9,10   0,91%
  • LQ45 769   6,42   0,84%
  • ISSI 230   2,11   0,93%
  • IDX30 395   2,10   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   1,70   0,37%
  • IDX80 113   1,22   1,09%
  • IDXV30 115   1,19   1,05%
  • IDXQ30 128   0,74   0,59%

Pasokan Ruang Kantor Terbatas Sampai Akhir Tahun, Ada Peluang Okupansi Meningkat


Rabu, 09 Juli 2025 / 21:44 WIB
Pasokan Ruang Kantor Terbatas Sampai Akhir Tahun, Ada Peluang Okupansi Meningkat
ILUSTRASI. Konsultan riset properti, Colliers Indonesia melaporkan pasokan (supply) ruang kantor di Jakarta tidak bertambah selama paruh pertama 2025. Situasi yang diprediksi masih akan berlanjut hingga beberapa waktu ke depan, dinilai akan menjadi peluang untuk menumbuhkan tingkat okupansi.(KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Konsultan riset properti, Colliers Indonesia melaporkan pasokan (supply) ruang kantor di Jakarta tidak bertambah selama paruh pertama 2025. Situasi yang diprediksi masih akan berlanjut hingga beberapa waktu ke depan, dinilai akan menjadi peluang untuk menumbuhkan tingkat okupansi. 

Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menyebut bakal terjadi peningkatan serapan ruang kantor di area CBD alias central business district (area pusat bisnis) pada 2025.

Kalau tahun lalu, terdapat 1,9 juta meter persegi ruang kantor yang belum terserap di area CBD, kali ini ia memperkirakan jumlahnya bakal turun menjadi 1,8 juta meter persegi, seiring melambatnya pembangunan baru untuk ruang kantor.

Baca Juga: Tenant Teknologi Dongkrak Aktivitas Sewa Kantor di Jakarta

Dalam catatan Colliers, sejak awal 2025 memang tak ada pasokan ruang kantor baru di area CBD. Sejumlah pengembang yang masih menunggu momentum untuk mulai menggarap proyek baru.

“Kekosongan pasok di CBD sudah terjadi sejak tahun lalu dan akan berlanjut sampai 2027. Pasokan baru akan ada lagi pada 2028,” jelas Ferry dalam Media Briefing, Rabu (9/7). 

Menurut Ferry, kekosongan supply hingga beberapa waktu ke depan ini bakal otomatis membantu tingkat okupansi (keterisian) ruang kantor yang memang belum pulih sejak pandemi Covid-19 lalu.

Ferry bilang tambahan pasokan selama dua tahun ke depan hanya akan tersebar di area non-CBD, jumlahnya bisa mencapai lebih dari 150.000 tambahan ruang kantor  hingga 2026. 

Namun pada 2027, tidak ada catatan pasokan baru sama sekali, baik di area CBD maupun non-CBD. Sementara pada 2028, tercatat akan ada sekitar 100.000 pasokan ruang kantor di area CBD. 

Pada dasarnya, Ferry bilang momentum kekosongan supply ini bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan tingkat okupansi ruang kantor. Apalagi, tahun ini terjadi pemekaran kementerian di pemerintahan baru. 

“Beberapa kementerian belum punya gedung sendiri. Ada potensi ini mendongkrak permintaan ruang kantor, mengingat kebutuhan ruang bagi kementerian cukup besar,” kata Ferry. 

Namun begitu, Ferry bilang potensi pertumbuhan tingkat okupansi tetap bergantung pada berbagai faktor ekonomi, termasuk Produk Domestik Bruto (PDB). Meski mendapat berkah dari minimnya pasok, Colliers memproyeksi tingkat okupansi hanya bisa bertumbuh tipis menjadi 75,3% pada 2025 dari 74,8% pada 2024. Lalu pada 2028, bisa mencapai 78,7%. 

“Proyeksi PDB belum agresif, masih sekitar 5%, jadi proyeksi pertumbuhan tingkat okupansi juga belum bisa agresif,” katanya.

Baca Juga: Colliers: Hotel yang Andalkan Pemerintah Paling Terpukul Efisiensi

Harga sewa stagnan

Saat ini, Ferry bilang penyewa memang masih cenderung wait and see untuk ekspansi ataupun relokasi ruang kantor. Dalam situasi ini, gedung premium dan kelas A cenderung diminati karena menawarkan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik demi menggaet penyewa. 

Memang, saat ini landlord alias pemilik gedung cenderung tak fokus menaikkan harga dengan tingkat okupansi yang masih rendah. 

Hal tersebut terlihat dari tarif dasar sewa di area CBD yang cenderung stabil di level Rp 222.611 meter persegi per bulan pada kuartal II-2025. Pun hingga akhir 2025 nanti, Colliers memproyeksi tarif itu hanya akan berada di level Rp 222.099 per meter persegi per bulan. 

“Secara umum tarif sewa masih akan stabil, tidak ada potensi kenaikan tarif sewa. Penyesuaian akan tergantung level upah minimum dan inflasi yang berhubungan dengan biaya utilitas,” pungkas Ferry.

Selanjutnya: Valuasi Nvidia Cetak Rekor, Wall Street Bangkit di Tengah Ancaman Tarif Baru

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Sarapan saat Diet Tubuh, Cegah Keinginan Ngemil Tengah Malam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×