kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga meroket, begini prospek industri batubara pada 2021


Minggu, 27 Desember 2020 / 18:59 WIB
Harga meroket, begini prospek industri batubara pada 2021
ILUSTRASI. Harga batubara kembali membara pada pengujung tahun 2020.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Dari sisi pelaku usaha, para produsen berharap pemulihan pasar dan harga pada tahun depan bisa ikut mendongkrak kinerja perusahaan. Permintaan (demand) diharapkan bisa lebih tinggi, sehingga tingkat produksi bisa lebih dipacu dibandingkan tahun ini.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga ingin mengoptimalkan kapasitas produksi dari kedua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia. Sebagai produsen batubara terbesar, BUMI memiliki tingkat produksi sebesar 90 juta ton, dengan rasio produksi KPC berbanding Arutmin sebesar 2:1.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava memang belum menyampaikan secara pasti proyeksi produksi batubara hingga tutup tahun 2020 maupun angka produksi untuk tahun depan. Namun, perusahaan batubara Bakrie Group ini optimistis bisa memproduksi batubara di level 83 juta ton-85 juta ton.

Dengan melihat tren pemulihan harga dan pasar, Dileep pun optimistis bisa mengoptimalkan kapasitas produksi dari KPC dan Arutmin, dibandingkan dari tingkat produksi tahun ini. Dileep pun yakin peningkatan harga batubara bisa bertahan pada Kuartal I-2021, bahkan lebih.

Baca Juga: Meneropong potensi dari pemulihan harga batubara

"Itu rencana kami. Menurut kami, batubara dapat tetap naik pada Q1-2021 dan mungkin lebih lama. Kami mengharapkan pertumbuhan permintaan batubara di 2021 setelah melemah di 2020," ungkapnya ke Kontan.co.id, Minggu (27/12).

PT Indika Energy Tbk (INDY) juga melihat tren kenaikan harga batubara sebagai sentimen positif untuk tahun depan. Wakil Direktur Utama dan CEO INDY Azis Armand mengatakan bahwa tren kenaikan harga tak lepas dari pemulihan demand batubara baik secara global maupun domestik.

Apalagi sebagai energi primer, batubara pun masih dibutuhkan karena bauran yang masih dominan. "Dominasi (batubara) nanti akan ada penurunan, tapi tetap memiliki kontribusi yang besar sebagai energi mix," kata Azis saat paparan publik INDY, Kamis (17/12) lalu.

INDY pun menjaga tingkat produksi di level 30 juta ton. Pada tahun depan, INDY membidik produksi batubara hingga 31,4 juta ton. Produksi itu berasal dari dua anak usahanya, yakni PT Kideco Jaya Agung dan Multi Tambangjaya Utama (MUTU).

Direktur & Group Chief Financial Officer INDY Retina Rosabai membeberkan, berdasarkan persetujuan yang diberikan oleh Kementerian ESDM, rencana produksi batubara Kideco pada tahun depan sekitar 30 juta ton. Sedangkan untuk MUTU berada di angka 1,4 juta ton. "Untuk Kideco volumenya mungkin akan lebih kecil dibandingkan tahun ini, sesuai dengan approval yang didapatkan dari ESDM, yang mana itu bisa ditinjau kembali pada tahun depan," kata Retina.

Baca Juga: Ekspor batubara Indonesia terancam oleh kebijakan baru China




TERBARU

[X]
×