Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia yang anjlok hingga berada di teritori negatif alias di bawah nol. Meski begitu, hal ini diperkirakan tidak lantas memperbesar margin profit pelaku industri plastik kemasan yang harga bahan baku produksinya hingga derajat tertentu turut dipengaruhi oleh harga minyak.
Henky Wibawa, Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (FPI) mengatakan, proses pembuatan plastik membutuhkan proses serta melalui rantai produksi yang panjang. Oleh karenanya, penurunan harga bahan baku di rantai produksi hulu tidak akan serta merta berdampak signifikan terhadap penurunan biaya produksi plastik kemasan di hilir.
Kalaupun penurunan harga minyak menyebabkan penurunan harga bahan baku plastik, pengaruhnya diperkirakan tidak signifkan dan bakal baru terasa pada periode-periode berikutnya, mengingat bahwa harga minyak yang turun mengacu kepada harga minyak berjangka untuk pasar di periode mendatang.
Baca Juga: Harga bahan baku plastik berpeluang turun, Yanaprima (YPAS) tidak ada rencana borong
Di samping itu, pelaku industri plastik kemasan juga tengah dihadapkan pada tantangan pelemahan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS. Asal tahu saja, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terpantau di atas level Rp 15.000 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu (22/4), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditutup di level Rp 15.450 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pada penutupan hari sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat di level Rp 15.468 per dolar AS.
Padahal, sebanyak 50% dari kebutuhan bahan baku plastik kemasan diperoleh secara impor dari beberapa negara di wilayah Timur Tengah maupun negara di luar wilayah Timur Tengah seperti China. Hal ini dikarenakan produksi nasional yang ada belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan baku plastik
“Impor bahan baku dalam dolar AS, kurs rupiah yang lemah saat ini akan menyebabkan biaya (bahan baku) di dalam negeri juga tidak rendah, belum lagi masih berlakunya import duty (bea masuk) 10%,” terang Henky kepada Kontan.co.id pada Rabu (22/4).
Sebagai informasi, sebelumnya harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Mei 2020 di Nymex anjlok sekitar 306% ke level minus US$ 37,63 per barel pada Selasa (21/4) pukul 03:10 WIB.
Harga minyak bahkan sempat menyentuh titik terendah sepanjang masa -US$ 40,32 per barel. Penurunan harga minyak disebabkan kelebihan pasokan minyak AS ditambah dengan aktivitas ekonomi dan industri yang terhenti akibat pandemi virus corona.
Baca Juga: Ini sejumlah emiten yang paling terdampak anjloknya harga minyak dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News