kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Kelapa Sawit Global Turun, Ini Saran Gapki ke Pemerintah


Kamis, 03 November 2022 / 13:29 WIB
Harga Minyak Kelapa Sawit Global Turun, Ini Saran Gapki ke Pemerintah
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BALI. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melihat terjadinya penurunan harga minyak sawit global dipicu melemahnya daya beli, ditambah dengan stok melimpah di negara-negara penghasil.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menjelaskan, tren perlambatan ekonomi di berbagai negara juga terlihat, bahkan beberapa negara sudah mulai memasuki resesi ekonomi. Hal tersebut yang juga memicu perlambatan daya beli.

"Menyikapi situasi ini, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah antisipasi, seperti terus mendorong ekspor dengan memberikan berbagai insentif seperti zero levy, penurunan tarif bea keluar, kemudahan dalam ekspor," kata Joko dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) Tahun 2022, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11).

Dengan upaya tersebut diharapkan dapat menjaga daya saing dan menjaga stabilitas harga di tingkat petani.

Baca Juga: Pembebasan Pungutan Ekspor CPO Hingga Desember, BPDPKS Pastikan Dana Aman

Selain itu, Gapki juga mendorong pemerintah Indonesia untuk konsisten dalam melaksanakan mandat B-30. Pasalnya program tersebut telah membantu dalam mempertahankan stabilitas konsumsi domestik.

"Sebagian besar dari kita optimis untuk menyambut peluang di tahun 2023. Kita percaya dengan kebijakan pemerintah yang tepat, industri kelapa sawit dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan ekonomi," imbuhnya.

Adapun kinerja industri kelapa sawit Indonesia, mencatat hingga September 2022, produksi mencapai 37 juta ton dengan ekspor 22 juta ton.

Kemudian hingga akhir tahun proyeksi prediksi minyak sawit di Indonesia mencapai 51,8 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2021 yang mencapai 51,3 juta ton.

"Diperkirakan akhir tahun produksi akan mencapai 51,8 juta ton, terdiri dari 47 juta CPO dan 4,8 juta ton CPKO (Crude Palm Kernel Oil). Sedikit meningkat dari tahun lalu. Ekspor diperkirakan mencapai sekitar 30 juta ton," ungkap Joko.

Baca Juga: Laba Astra International (ASII) Melesat 55,84% Jadi Rp 23,33 Triliun di Kuartal III

Ia menambahkan, Gapki menyadari bahwa perang antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak pada pasokan minyak nabati dunia terutama minyak bunga matahari. Lantaran hal tersebut beberapa negara mengalihkan konsumsinya ke minyak nabati lainnya.

Hal tersebut kemudian mendorong harga minyak nabati lainnya, termasuk minyak sawit. Sebagai informasi minyak sawit menyumbang lebih dari 30% pasokan minyak nabati dunia. Yang artinya minyak sawit merupakan penyumbang terbesar pasokan pasar minyak nabati global.

Sementara itu, harga minyak sawit meroket setelah perang antara Rusia dan Ukraina dilancarkan. Joko mengatakan, perdagangan minyak sawit dunia juga terpukul ketika pada akhir April lalu pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan ekspor sementara.

"Dengan situasi ini, kita dapat melihat bahwa geopolitik dan regulasi di negara-negara penghasil minyak nabati memiliki pengaruh besar pada perdagangan global, sementara di bagian lain dunia sedang menghadapi masalah kelaparan, sehingga, ketahanan pangan menjadi perhatian PBB," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×