Reporter: Abdul Basith, Lidya Yuniartha, Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri kelapa sawit pada tahun depan diperkirakan akan semakin bersinar. Hal itu terjadi seiring dengan proyeksi adanya lonjakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2018 karena adanya penurunan stok minyak sawit dunia.
Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), harga CPO pada tahun depan diproyeksi berada di kisaran US$ 710-US$ 720 per ton. Proyeksi itu lebih tinggi dari rata-rata harga CPO tahun ini yang berada di kisaran US$ 680- US$ 690 per ton.
Proyeksi lonjakan harga CPO pada tahun depan tentunya menggembirakan produsen CPO dalam negeri. Salah satunya PT Astra Agro Lestari Tbk. Dengan optimisme harga CPO tahun depan meningkat, emiten perkebunan dengan kode saham AALI ini akan meningkatkan produksi.
Head of Public Relation AALI Tofan Mahdi menyatakan, pihaknya akan terus menggenjot produksi CPO pada tahun depan untuk meningkatkan ekspor. "Meskipun sekarang kampanye negatif sedang ramai, tapi kami optimis permintaan dan harga CPO akan tetap naik," ujarnya, Kamis (28/12).
Ia mengakui, minyak sawit bersaing ketat dengan produk minyak nabati lain seperti dari kedelai, bunga matahari dan sejenisnya. Namun begitu permintaan CPO akan tetap naik. Apalagi pada awal tahun depan sejumlah negara akan memasuki musim dingin, dan hal ini akan mendorong permintaan CPO lebih tinggi. Berapa target kenaikan produksi CPO AALI tahun depan? Tofan masih belum mau berkomentar.
Sekadar catatan, volume penjualan CPO AALI dan turunannya pada kuartal III-2017 mencapai 1,26 juta ton, naik 15% dari periode sama 2016. Sampai akhir 2017 penjualan CPO AALI diprediksi mencapai 1,72 juta ton.
Optimisme yang sama dikatakan Direktur Keuangan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Nicholas Whittle. Dengan potensi harga CPO yang lebih tinggi tahun depan, maka emiten dengan kode saham SSMS ini menargetkan peningkatan produksi sebesar 15% sampai 16% pada 2018. Ia bilang, target ini merupakan kelanjutan kenaikan produksi pada tahun ini.
Hingga kuartal ketiga 2017, SSMS mencatat kenaikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) 37,1% atau sebesar 938.025 per metrik ton (MT) dibandingkan tahun 2016. Kenaikan produksi TBS ini turut menggerek kenaikan produksi CPO sebesar 36,5% atau 262.356 MT dari periode sama 2016.
Bea keluar CPO 0%
Managing Director for Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement of Golden Agri Resources (GAR) Agus Purnomo juga optimistis akan kinerja bisnis sawit pada tahun depan seiring dengan kenaikan produksi dan harga CPO. PT SMART Tbk dan Golden Agri Resources optimis menyongsong kedatangan 2018 khususnya dengan cuaca yang lebih bersahabat sehingga produksi normal dan permintaan pasar sangat mungkin meningkat.
Sedang Direktur dan Investor Relation PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk Andi W Setianto menargetkan kenaikan produksi CPO 5% hingga 10%, pada tahun 2018. Dengan demikian pihaknya dapat menikmati hasil kenaikan harga CPO. "Kami fokus pada peremajaan agar produksi naik tahun depan," ujarnya.
Meskipun harga CPO tahun depan diramal naik, namun Kementerian Perdagangan masih tidak akan memungut Bea Keluar (BK) CPO periode Januari 2018. Sebab berdasarkan rekomendasi Kementerian Pertanian (Kemtan), harga CPO pada tahun depan berada di kisaran US$ 697,34 per MT.
Harga referensi CPO ini melemah 6,14% dari harga bulan Desember 2017 yang sebesar US$ 742,94 per MT. "Karena harga referensi CPO melemah, maka pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$ 0 per MT," ujar Oke Nurwan, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemdag
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News