Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina |
JAKARTA. Harga jagung di bursa dunia sempat terkoreksi pada akhir pekan lalu. Harga jagung pengiriman Juli 2011 di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) per 15 April kemarin menyentuh US$ 7.5425/bushel. Harga ini menurun sekitar 4,37% dibanding rekor harga tertinggi yang pecah pada 11 April yaitu US$ 7.8875/bushel.
Penurunan ini disebabkan oleh spekulasi akan meningkatnya pasokan jagung dari kawasan Amerika Latin, yang merupakan eksportir jagung terbesar di dunia. Produksi di Argentina misalnya, diprediksi dapat menyentuh 20 juta metrik ton (MT) hingga akhir tahun 2011.
Prediksi ini meningkat dari perkiraan awal, di mana produksi jagung Argentina diperkirakan sebanyak 19,5 juta MT. "Pasar sedang menyesuaikan diri dengan prospek pasokan yang lebih besar," ujar Chad Henderson, Analis Pasar Prime Agriculture Consultants Inc, seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.
Meski harga jagung di pasaran global sedang menurun, kondisi ini diperkirakan hanya tren sesaat. Maxdeyul Sola, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, mengatakan harga jagung pasti akan kembali terkerek naik. Ini disebabkan oleh tingginya harga minyak dunia akibat krisis politik berkepanjangan di beberapa negara eksportir minyak. Efeknya, permintaan jagung akan terus meningkat karena menjadi bahan baku energi alternatif, bioethanol. "Ini hanya sentimen sementara, harga minyak kan masih di atas US$ 100/barel, jagung juga akan kembali naik," kata Maxdeyul kepada KONTAN, (17/4).
Penurunan ini juga tidak akan membuat harga jagung di dalam negeri ikut turun. Maxdeyul bilang, harga jagung di dalam negeri pasti akan tetap tinggi akibat biaya pengangkutan yang terus naik. Harga dalam negeri biasanya ditentukan dengan memperhitungkan harga bursa global ditambah dengan biaya pengangkutan dan biaya bongkar muat. Masalahnya, biaya pengangkutan itu sangat tergantung dengan harga minyak dunia. Kalau harga minyak dunia terus tinggi seperti sekarang, otomatis harga jagung dalam negeri juga akan ikut naik.
Minimnya produksi dalam negeri turut memperparah kondisi ini. Menurut Max, angka ramalan (aram) produksi jagung tahun ini hanya 17,9 juta ton. Jumlah ini bahkan lebih kecil dibandingkan dengan angka sementara produksi jagung tahun 2010 yang 18,3 juta ton. Di sisi lain, permintaan jagung di dalam negeri terus tinggi terutama untuk kebutuhan pakan ternak. "Efeknya, harga jagung akan terus naik," kata Max. Informasi saja, harga jagung saat ini berkisar Rp 3.600-Rp 3.700/kilogram.
Denny D. Indradjaja, Ketua Divisi Aquaculture, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), mengemukakan hal serupa. Menurutnya, harga jagung pasti akan kembali naik di bulan-bulan mendatang. Bahkan, Denny mengkhawatirkan harga jagung ini bakal mengerek harga komoditi lain seperti bungkil kedelai dan tepung ikan yang selama ini menjadi bahan baku pakan ikan dan udang. "Biasanya, kalau harga jagung naik, 2 komoditi itu juga ikut naik," jelas Denny kepada KONTAN.
Kondisi itu secara tidak langsung akan mengerek harga pakan ikan dalam negeri. Denny memprediksi, harga pakan ikan dan udang bisa naik sekitar Rp 500/kg, seiring dengan kenaikan bungkil kedelai dan tepung ikan yang dipicu oleh kenaikan harga jagung. "Tapi kenaikan ini tergantung kebijakan masing-masing perusahaan pakan," kata Denny. Saat ini, harga pakan udang berkisar Rp 8.000-Rp 9.000/kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News