Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Saat ini Indonesia mengalami anomali harga pangan. Kenaikan harga pangan terjadi di luar dugaan dan ekspektasi pemerintah. Harusnya sebulan pasca Lebaran harga pangan mulai turun, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Harga sejumlah komoditas meroket tinggi.
Anehnya, pada waktu bersamaan ada juga harga pangan yang terjun bebas. Kondisi yang tidak stabil ini membuat pemerintah pontang-panting melakukan Operasi Pasar (OP) di sejumlah daerah.
Harga pangan yang saat ini masih tinggi adalah cabai rawit yang bertengger di angka Rp 60.000 per kilogram (kg), dari harga normal sekitar Rp 30.000 per kg-Rp 40.000 per kg. Sebaliknya harga tomat terjun bebas ke kisaran Rp 2.000 per kg di tingkat pedagang dan Rp 400 per kg di tingkat petani.
Sementara harga tomat di pasaran pada kondisi normal sekitar Rp 5.000 per kg dan di tingkat petani sekitar Rp 2.000 per kg. Untuk menekan kerugian petani, pemerintah pun melakukan pembelian tomat petani sebesar Rp 2.500 per kg.
Demikian juga dengan harga bawang merah yang jatuh ke level Rp 13.000-Rp 18.000 per kg di tingkat pedagang, sementara di tingkat petani sebesar Rp 3.000 per kg. Ada pun harga normalnya sekitar Rp 10.000- Rp 11.000 per kg di tingkat petani dan Rp 25.000 per kg di tingkat pedagang.
Kemtan juga mendorong bawang merah untuk diekspor agar harganya bisa kembali naik. Saat ini pemerintah juga memborong bawang merah petani dengan harga Rp 8.000 per kg.
Untuk menstabilisasi harga, Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Direktur Jenderal Hortikultura Kemtan bersama-sama melakukan operasi pasar (OP) di sejumlah pasar. Dalam dua pekan terakhir, Bulog dan Kemtan sudah dua kali melakukan OP di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
OP pertama dilakukan pada Sabtu (15/8) dan Sabtu (22/8) lalu. Dalam OP itu, Bulog berturut-turut mengelontorkan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati. Selain itu, Kemtan juga membuka pasar murah di Lingkungan Kemtan sebanyak dua kali, yakni pada Senin (17/8) dan Senin (24/8). Kemtan menjual bawang dengan harga Rp 10.000 per kg dan tomat Rp 5.000 per kg.
Dirjen Hortikutura Spudnik Sujono mengatakan, fluktuasi harga sayuran seperti tomat, bawang, dan cabai sudah terjadi dari tahun ke tahun. Dari pengamatannya, ia menilai sejumlah produk pangan jenis sayuran telah dikuasai para pedagang. Karena itu, pemerintah mengambil sikap dengan melakukan OP agar harga bisa kembali stabil. "Pedagang kan mau-maunya mereka, jadi pemerintah harus mengambil sikap cepat," ujar Spudnik, Rabu (25/8).
Anjloknya harga juga dikarenakan sejumlah komoditas mengalami over supply, seperti tomat dan bawang. Ia mengatakan, jatuhnya harga tomat lantaran adanya tambahan areal tanaman tomat di Jawa Barat seluas 360-an hektare (ha).
Akibatnya, volume panen tomat mencapai 9.000 an ton pada bulan Agustus ini saja. Seharusnya tomat yang berlimpah ini dapat diolah untuk produk lain, seperti manisan atau jus.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengakui, saat ini harga bawang dan tomat anjlok di luar kendali. Nah, agar harga tidak jatuh lebih rendah lagi, pemerintah melakukan pembelian di tingkat petani. Menurut Amran, pihaknya tidak hanya melakukan OP bersama Bulog di Pasar Kramat Jati, tapi juga di sejumlah pasar yang harganya mengalami kenaikan di luar batas normal.
"Kami melakukan OP dimana saja harga yang tinggi. Kita sebar ke titik yang harganya tidak stabil termasuk ke Jayapura sampai Makassar dan Surabaya. Pasar murah ini untuk masyarakat umum, tak hanya Kemtan saja," tutur Amran.
Kemtan menargetkan, tahun ini bisa mengekspor 8.000 ton bawang untuk menstabilkan harga. Saat ini Kemtan telah mengekspor sekitar 2.000 ton bawang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News