Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan telah berkomunikasi dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk membantu mensosialisasikan ke konsumen perihal naiknya harga tahu tempe di pasar.
Penyesuaian harga ini disebabkan naiknya harga kedelai internasional. Asal tahu saja, saat ini Indonesia masih memenuhi kebutuhan kedelainya 70% dari impor.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Suhanto menegaskan naiknya harga kedelai di dalam negeri, murni karena naiknya harga kedelai di tingkat internasional. Suhanto memaparkan harga kedelai di pasar internasional naik 9% dari kisaran US$ 11,92 menjadi US$ 12,95 per busel.
"Kemarin sore kami monitor dengan perwakilan kami di Chicago bahwa harga kedelai masih naik," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).
Baca Juga: Panen berkurang membuat harga cabai naik
Suhanto menjelaskan, penyebab naiknya harga kedelai adalah semasa pandemi corona, terjadi perlambatan produksi kedelai dunia. Adapun pada Desember 2020, saat perekonomian China sudah mulai membaik, China memborong kedelai dari Amerika hingga dua kali lipat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
"Seperti yang diketahui, sumber utama kedelai dunia dari Amerika, maka dari itu hukum dagang berlaku yakni harga naik ketika permintaan lebih besar dibandingkan pasokannya. Ini masih berlangsung hingga kemarin sore," kata Suhanto.
Adanya hal ini, Suhanto bilang pemerintah melalui tim Kemendag langsung turun untuk berkomunikasi dengan perajin tahu tempe di wilayah Jakarta untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai internasional ke pelaku industri kedelai dalam negeri. Selain itu, komunikasi ini dilakukan juga karena terjadi aksi mogok produksi yang dilakukan perajin tahu tempe sejak 1-3 Januari 2021.
Baca Juga: Produsen tempe dan tahu memutuskan menaikkan harga jual
Setelah pertemuan itu, Suhanto mendapatkan informasi bahwa harga penebusan kedelai oleh para perajin tahu tempe naik.