kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga TBS turun, petani tekan biaya produksi


Senin, 16 Juli 2018 / 07:56 WIB
Harga TBS turun, petani tekan biaya produksi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau Gulat Manurun membeberkan petani kelapa sawit harus menekan biaya produksi saat ini. Hal tersebut dikarenakan harga Tandan Buah Segar menurun dalam dua bulan terakhir.

Gulat mengatakan, rata-rata harga TBS di tingkat petani swadaya di sejumlah wilayah di Indonesia sekitar Rp 600 - Rp 900 per kilogram dan harga di tingkat pabrik sekitar Rp 1.300 - Rp 1.600 per kg.

Sementara, modal biaya produksi per 1 kg TBS sekitar Rp 800 per kg. “Ini sudah sangat mencekik, khususnya bagi petani non mitra,” ujar Gulat kepada Kontan.co.id, Minggu (15/7).

Menurut Gulat, petani hanya bisa bertahan dengan menekan biaya produksi. Dia bilang, petani harus menghemat pupuk, menekan penggunaan herbisida, mengurangi pengendalian gulma, dan menghentikan berbagai kegiatan yang dianggap berpotensi meningkatkan biaya produksi.

Gulat mengatakan, penurunan harga TBS ini dikarenakan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional turut mengalami penurunan. Dia bilang, minggu ini harga CPO sudah berkisar Rp 7.050 per liter. “Ini turun rata-rata Rp 200 per liter CPO fan menurut saya ini akan semakin menurun sampai akhir Agustus,” ujarnya.

Penurunanhrga ini pun diakibatkan Stok CPO di masing-masing pabrik yang masih penuh. Ini disebabkan ekspor yang melemah. Dia bilang, PKS akhirnya mengurangi pembelian TBS dari petani non mitra dan mengutamakan buah kebun sendiri dan buah dari mitra PKS. Akibatnya, pedagang pengumpul buah Petani Non Mitra menurunkan harga beli di petani non mitra.

Tak hanya itu, Gulat pun menambahkan, patokan harga kesepakatan yang dikeluarkan oleh dinas perkebunan setiap provinsi tidak pernah sama dengan PKS.

“Ini karena tidak adanya hukuman atau tindakan apabila PKS tidak mengikuti harga kesepakatan tersebut, khususnya harga di tingkat Petani Non Mitra,” ujar Gulat.

Gulat berharap, pemerintah segera cepat mengambil solusi untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah mempercepat penggunaan biodiesel 30% (B30) dan meningkatkan industri hilir CPO. Menurutnya, dengan upaya ini Indonesia tidak akan tergantung pada negara importir CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×