kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,01   -18,50   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga telur bertahan tetap mahal, ini alasannya


Selasa, 18 Desember 2018 / 13:40 WIB
Harga telur bertahan tetap mahal, ini alasannya
ILUSTRASI. Produksi telur ayam


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga telur ayam di pasar jelang natal tidak kunjung stabil atau tetap dalam harga yang tinggi. Saat ini, harga telur ayam di Pasar Tebet Barat adalah Rp 28.000 per kg, padahal pekan lalu Kementerian Pertanian (Kemtan) sudah melakukan operasi pasar dengan penggelontoran 10 ton telur di delapan pasar.

Delapan pasar yang dinilai memiliki potensi penjualan telur dengan harga mahal adalah Pasar Jatinegara, Pasar Kramat Jati, Pasar Cijantung, Pasar Tebet Barat, Pasar Mampang Prapatan, Toko Tani Indonesia Centre (TTIC) Pasar Minggu, Pasar Pademangan Barat, dan Pasar Grogol.

Dengan Operasi Pasar ini, maka telur yang dijual adalah seharga Rp 23.000 per kg.

“Kami sudah turunkan operasi pasar untuk telur ayam kemarin. Ada di delapan pasar di Jakarta ada 10 ton telur yang kami gelontorkan dalam operasi pasar,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi kepada KONTAN, Selasa (18/12).

Selain menggelontorkan untuk delapan pasar di Jakarta, Agung juga berencana menggelontorkan 7 ton telur ayam ke pasar-pasar di daerah luar pulau Jawa misalkan Medan dan Makassar jika harga tidak menunjukkan penurunan.

“Kalau pedagang tetap membuat harga naik kita akan gelontorkan lagi telur. Ini kan telur juga diambil dari peternak, peternak juga setuju untuk meredam kenaikan harga telur ini. Karena sebenarnya di peternakan tidak mahal,” ujarnya.

Agung menjelaskan bahwa di tingkat peternak, harga telur ayam adalah Rp 21.000 per kg. Ia menilai kenaikan harga bukan akibat dari kenaikan harga pakan ternak (jagung) yang selama ini mahal.

“Kalau memang harganya pakannya mahal, ya pastilah peternak tidak jual dengan harga Rp 21.000 per kg. Tapi ini karena selisih margin yang tinggi dari peternak hingga ke pedagang, jadi mungkin rantai pasoknya yang membuat harga di pasar hingga mencapai Rp 26.000 hingga Rp 27.000 per kg,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×