kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.238   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.036   30,23   0,43%
  • KOMPAS100 1.026   5,80   0,57%
  • LQ45 784   4,39   0,56%
  • ISSI 230   0,52   0,23%
  • IDX30 404   3,07   0,77%
  • IDXHIDIV20 469   4,06   0,87%
  • IDX80 115   0,68   0,59%
  • IDXV30 117   0,80   0,69%
  • IDXQ30 130   0,80   0,62%

Industri Kaca Ingin Jaga Utilisasi pada Semester II, Ini Peluang dan Tantangannya


Jumat, 11 Juli 2025 / 08:15 WIB
Industri Kaca Ingin Jaga Utilisasi pada Semester II, Ini Peluang dan Tantangannya
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/30/04/2014. Industri kaca ingin menjaga tingkat utilisasi pada semester II-2025. Tapi, para produsen menghadapi tantangan dari sisi pasokan gas industri.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kaca ingin menjaga tingkat utilisasi pada semester II-2025. Tapi, para produsen menghadapi tantangan dari sisi pasokan gas industri serta tekanan permintaan di tengah peningkatan kapasitas produksi nasional.

Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengungkapkan stabilitas utilisasi sangat penting bagi industri kaca, karena mesti mempertahankan operasional peleburan pada suhu tinggi sekitar 1.650 derajat celcius. Dus, realisasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sangat penting bagi operasional produksi industri kaca.

"Karakter industri ini yang proses produksi harus non stop menyebabkan seluruh pelaku usaha sangat rentan terdampak ketidakpastian pasokan gas dengan skema HGBT. Pelaksanaannya belum efektif," ungkap Yustinus saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (10/7).

Industri kaca merupakan bagian dari tujuh sektor yang menjadi sasaran penerima HGBT. Dalam kebijakan ini, harga gas bumi sebagai bahan bakar dipatok sebesar US$ 7 per million british thermal unit (MMBTU), sedangkan untuk bahan baku sebesar US$ 6,5 per MMBTU.

Baca Juga: Asahimas Flat Glass (AMFG) Bidik Potensi Sektor Otomotif dan Properti

Yustinus bilang, kepastian volume pasokan dan harga gas akan sangat berpengaruh terhadap daya saing produk kaca asal Indonesia. Hal ini penting mengingat kondisi industri yang sedang terjepit. Di pasar dalam negeri ada tantangan dari perlambatan permintaan.

Dari sisi ekspor, tantangan datang dari efek perang tarif. Di sisi lain, perang tarif juga membuka peluang pengalihan produk-produk yang sulit masuk ke AS. Dengan begitu, pelaku industri kaca mesti mewaspadai masuknya produk impor ke pasar dalam negeri.

Situasi ini menjadi kompleks lantaran kapasitas produksi nasional akan naik signifikan, sejalan dengan operasional pabrik baru, terutama dari KCC Glass dan Xinyi. Yustinus memperkirakan, kapasitas produksi nasional akan menembus sekitar 2,7 juta ton per tahun pada akhir 2025. Adapun, kapasitas terpasang per Juni 2025 berada di level 2 juta ton.

Di tengah kenaikan kapasitas produksi dan kekhawatiran terhadap efek perang tarif, Yustinus berhadap bergabungnya Indonesia ke blok ekonomi BRICS akan bisa membuka pasar baru bagi produk industri kaca. "Tapi, kunci utama ekspor adalah daya saing. Ini sangat bergantung pada realisasi HGBT," ungkap Yustinus yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB).

Dewan Penasehat AKLP Putra Narjadin turut menyoroti harga dan ketersediaan HGBT. Putra mengungkapkan ada ketidakpastian harga dan penurunan kuota gas yang hanya sekitar 70% dari kebutuhan. Akibatnya, beberapa pabrik harus membeli gas di atas kuota dengan harga regasifikasi yang lebih mahal. Membuat harga gas rata-rata yang dibayarkan mencapai di atas US$ 12 per MMBTU. 

Kondisi ini bakal berdampak pada utilisasi produksi. "Diperkirakan utilisasi 2025 akan di bawah 70% jika situasi pasar lesu dan ketidakpastian pasokan gas yang mengakibatkan harga berfluktuasi terus berlanjut. Sudah ada laporan beberapa pabrik-pabrik kaca bekerja di bawah kapasitas," kata Putra.

AKLP memproyeksikan tingkat utilisasi tahun 2025 akan berada di level 70% - 75%. Putra memperkirakan utilisasi pada semester I-2025 sedikit di bawah target tersebut. Sedangkan dari sisi pemasaran, sekitar 60%-65% dari produksi biasanya terserap oleh pasar dalam negeri, terutama untuk kebutuhan di sektor properti dan otomotif.

Sekitar 35%-40% produk kaca lembaran ditujukan ke pasar ekspor terutama ke Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, Oceania dan Afrika. Tapi dengan situasi saat ini, perlambatan permintaan masih membayangi. Tantangan lainnya adalah biaya logistik yang mahal serta persaingan dengan produk-produk impor yang beralih ke pasar Indonesia.

AKLP pun melihat outlook industri kaca lembaran dan pengaman pada semester II-2025 secara berhati-hati. Tapi, AKLP mengidentifikasi peluang dari potensi proyek-proyek infrastruktur pada semester II-2025, diversifikasi pasar ekspor, serta pengembangan produk dengan nilai tambah tinggi.

Tantangan dan outlook serupa juga menimpa industri gelas kaca. Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI) Henry T. Susanto mengungkapkan, utilisasi industri gelas kaca pada semester I-2025 sudah menyentuh level 70%. Merosot dari posisi semester I-2024, yang kala itu masih di level 72%.

"Masalah utama di industri gelas adalah karena ketidak pastian supply gas dan kuota gas, yang menyebabkan harga tidak pasti. Banyak pabrik hanya berproduksi sesuai kuota gas yang diberikan. Hal ini menyebabkan utilisasi rendah," kata Henry.

Menurut Henry, pasar industri gelas sebenarnya sudah mulai menunjukkan perbaikan pada April 2025. Tetapi berbagai dinamika geopolitik dan ekonomi, termasuk perang tarif, telah membawa kekhwatiran bagi prospek industri gelas di sisa tahun ini.

Dus, fokus pelaku industri adalah bisa menjaga tingkat utilisasi. Sembari berharap adanya perbaikan kondisi ekonomi dan pasar di dalam negeri maupun ekspor. "Kami tidak berharap terlalu banyak untuk tahun ini. Utilisasi 70% sudah cukup baik," tandas Henry.

Baca Juga: Kendala Industri Kaca pada 2025: Gas Murah Tersendat, Permintaan Melambat

Selanjutnya: Trump Kenakan Tarif 35% untuk Kanada, Siapkan Tarif 15%-20% untuk Negara Lain

Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Hanya 3 Hari Periode 11-13 Juli 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×