Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kalangan pengusaha tambang batubara meminta pemerintah segera turun tangan untuk membantu keuangan perusahaan mengingat harga jual batubara yang terus menurun.
Pasalnya, harga jual yang semakin rendah membuat margin keuntungan tambah tipis sehingga banyak perusahaan memilih menutup sementara aktivitas kegiatan tambangnya.
Ekawahyu Kasih, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) mengatakan, anjloknya produksi batubara sepanjang kuartal pertama 2015 ini terjadi karena banyaknya perusahaan tambang yang sudah gulung tikar.
"Kesulitan yang dialami pengusaha juga bisa terlihat dari kredit macet atau non performing loan (NPL) dari bank atau lembaga keuangan yang meningkat drastis," kata dia ketika dihubungi KONTAN, Rabu (22/4).
Asal tahu saja, sepanjang Januari hingga Maret 2015 produksi batubara nasional hanya mencapai 97 juta ton. Jumlah tersebut turun 21% dibandingkan dengan produksi Kuartal-I 2014 sebanyak 124 juta ton.
Kondisi harga jual yang terus menurun tentunya bisa berdampak semakin banyaknya perusahaan tambang yang menghentikan sementara kegiatan produksinya. Terutama untuk produsen batubara kalori rendah dan sedang.
Alhasil, target pemerintah untuk mencapai produksi 425 juta ton batubara hingga Desember 2015, bisa jadi sulit tercapai apabila harga jual belum membaik.
"Sekarang ini, lebih dari 50% dari total perusahaan tambang yang marginnya sudah negatif," kata Pandu Syahrir, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI).
Oleh karena itu, agar industri tambang batubara tetap bisa bertahan di tengah keterpurukan harga jual energi, pengusaha meminta pemerintah segera mengambil langkah agar aktivitas tambang bisa kembali dihidupkan. Salah satunya, kucuran pinjaman dari perbankan ataupun lembaga keuangan.
"Kami sangat mengharapkan pemerintah bersama perbankan mencarikan solusi agar industri batubara yang sedang kritis bisa bertahan," ujar Ekawahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News