Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian tengah berupaya berupaya menstabilkan harga unggas.
Dirjen PKH I Ketut Diarmita mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah menghimbau perusahaan perunggasan untuk menyerap livebird di tingkat peternak UMKM.
Menurut dia, sampai saat ini sudah ada 22 perusahaan perunggasan yang berkomitmen menyerap livebird dari peternak UMKM dengan target 4.11 juta ekor. Menurutnya, realisasi pembelian livebird sejak 21 April hingga 21 Mei sebanyak 928.833 ekor atau 22,55% oleh 22 perusahaan tersebut.
Baca Juga: BI perkirakan terjadi deflasi 0,03% pada bulan Juli 2020
"Penyerapan livebird tersebut telah terbukti mampu memberikan pengaruh terhadap perbaikan harga livebird," kata Ketut dalam keterangan tertulis, Selasa (28/7).
Menurut dia, atas penyerapan livebird tersebut, harga livebird di tingkat peternak mengalami peningkatan pada Mei 2020.
Ketut pun tak menampik bahwa di awal tahun 2020, kondisi perunggasan nasional tak begitu baik. Pasalnya, harga livebird sempat anjlok sampai rata-rata Rp.13.517 per kg di Pulau Jawa di April. Harga tersebut jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) yang sekitar Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per kg.
Adapun, produksi day old chicken (DOC) di Juni berdasarkan data Setting Hatching Record (SHR), sebanyak 186.082.424 ekor dan berpotensi menjadi daging ayam pada bulan Juli sebanyak 205.178 ton. Kebutuhan daging ayam ras bulan Juli 2020 sebanyak 162.465 ton, dengan begitu diperkirakan akan terjadi surplus sebanyak 42.713 ton atau 26,29%.
Menurut Ketut, melihat ini maka laju pertumbuhan produksi DOC final stock akan dikendalikan dengan menyesuaikan produksi berdasarkan permintaan. Dia menambahkan, sejak Januari-April telah dilakukan pengurangan produksi DOC FS melalui cutting telur hatched egg (HE) , afkir dini Parent Stock (PS) umur sama atau lebih dari 60 minggu dan tunda setting telur HE.
Sementara itu, kementan juga memiliki 3 tahapan untuk menstabilkan perunggasan nasional yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Baca Juga: Ternaknesia catat kenaikan permintaan hewan qurban hampir dua kali lipat
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Sugiono menerangkan, untuk langkah jangka pendek maka data SHR akan dioptimalkan sebagai acuan penyajian data pasokan dan permintaan aktual setiap minggu. Dengan begitu, indakan antisipatif berupa pengendalian produksi FS melalui afkir dini PS dapat dilakukan secara cepat.
"Penyerapan livebird dari peternak UMKM oleh mitra perusahaan perunggasan dan penugasan BUMN juga akan ada saat supply berlebih dan harga livebird di bawah HPP," kata Sugiono.
Lebih lanjut, Sugiono pun mengatakan akan mengawal penyimpanan dan distribusi daging beku (karkas) dari cold storage untuk menstabilkan harga daging ayam di tingkat konsumen.
"Kami juga menghimbau peternak eksternal (mandiri) agar segera melakukan Standing Order (SO) DOC FS kepada pembibit untuk 3-4 minggu kedepan. SO sebagai acuan produksi DOC FS, pembibit melakukan setting telur HE berdasarkan SO untuk eksternal dan internal farm," kata sugiono.
Dilakukan pula audit kinerja farm PS aspek kesesuaian Good Breeding Practices (GBP) sekaligus pembinaan aspek manajemen dan biosecurity breeding farm untuk meningkatkan performa dan efisiensi. Bahkan, kementan pun akan berupaya menyelesaikan revisi Permentan nomor 32 Tahun 2017.
Sementara langkah jangka menengah yakni mengusulkan review struktur biaya produksi ayam ras sebagai rekomendasi perubahan harga acuan Permendag No 7 tahun 2020. Lalu, harga acuan pembelian di tingkat petani untuk livebird dan telur ayam ras diupayakan mencapai efisiensi dalam aspek upaya produktivitas (performa) serta mempertimbangkan harga pakan dan DOC.
Diharapkan ada efisiensi biaya produksi sehingga HPP livebird dan telur ayam ras menjadi lebih rendah dan menjadi rekomendasi perubahan harga acuan Permendag yang dinilai terlalu tinggi. Tak hanya itu diupayakan pula meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) subsektor peternakan.
Baca Juga: Memudahkan peternak, KBI hadirkan SRG Ayam Beku
Upaya jangka panjang adalah dengan merumuskan kewajiban pemotongan ayam ras di RPHU dan optimalisasi cold storage untuk menekan peredaran livebird. Optimalisasi tata niaga ayam ras melalui rantai dingin, akselerasi target peningkatan konsumsi ayam dan telur ayam ras melalui promosi dan peningkatan industri olahan, serta akselerasi capaian target ekspor produk unggas dengan memperluas penerapan sistem kompartemen bebas AI.
Saat ini, harga ayam di tingkat peternak lebih rendah dibandingkan harga acuan. Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, harga saat ini berkisar Rp 16.500 per kg. Harga ini mengalami kenaikan ejak 23 Juli, dimana saat itu harga ayam di tingkat peternak hanya sekitar Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kg.
Menurut Gopan, hal kenaikan ini diakibatkan adanya Himbauan agar harga dinaikkan dan upaya dialog antara peternak dengan pemerintah yang digelar hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News